Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang

26 Desember 2019   20:48 Diperbarui: 26 Desember 2019   20:56 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya merasa sangat beruntung dilahirkan sebagai orang Indonesia dimana masyarakatnya begitu beragam, bukan cuma beragam suku bangsa, adat budaya, tetapi juga agama.

Keberagaman itu membuat saya mengerti makna toleransi, sehingga ketika saya mendapat kesempatan hidup diluar Indonesia bersama dengan orang-orang dari berbagai negara, tidak terlalu sulit bagi saya untuk menyesuaikan diri, hidup dalam harmoni dengan perbedaan yang selalu ada. Perbedaan bukan untuk dihilangkan dan dibuat jadi sama, namun perbedaan itu memberi warna dalam hidup membuat hidup lebih indah dan pikiran lebih maju.

Diluar Indonesia juga ada perbedaan. Bukan hanya perbedaan budaya, tetapi juga perbedaan agama, bahkan perbedaan prinsip. Ada orang-orang yang tidak beragama, namun mereka mengaku percaya pada Tuhan. Mereka hanya tidak ingin terikat pada ajaran agama manapun. 

Mungkin itu yang dinamakan free thinker. Ada juga orang-orang yang memang tidak mengakui keberadaan Tuhan, yang biasa disebut atheist. Namun semuanya dapat hidup berdampingan dan saling menghormati prinsip hidup masing-masing.

Kalau dibilang kelompok A adalah orang-orang jahat dan tidak baik, kelompok B adalah orang-orang berdosa, kelompok C adalah kelompok orang-orang yang benar, dan kelompok yang lain adalah kelompok orang-orang yang tidak benar, tetapi pengalaman saya, kami bisa berteman dan hidup berdampingan, karena mereka semua adalah orang-orang yang baik, saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan tidak merasa penting sendiri. 

Masalah iman adalah urusan pribadi masing-masing dengan Tuhan. Dan rasanya tidak ada hak juga untuk memaksa orang lain untuk menjadi sama dengan kita.  Kalaupun ada kelompok yang jumlahnya lebih banyak atau mayoritas, tetap biasa-biasa saja.

Saling menghormati, misalkan antar penganut agama yang berbeda, tidak mesti dengan mengucapkan selamat hari Natal, seperti moment yang berlangsung setiap tahun tanggal 25 Desember. Saling menghormati itu adalah bertoleransi dengan benar. Membiarkan setiap penganut agama menjalankan tata ibadahnya masing-masing. 

Apalagi sudah disebutkan dalam UUD 45 bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Hak itu dijamin oleh negara, bukan oleh warga negara perorangan atau kelompok. Karena memang Indonesia adalah rumah bersama, bukan rumah milik perorangan atau kelompok tertentu.

Ibadah pribadi dan kelompok mestinya dapat dilakukan dimana saja, selama itu sesuai dengan aturan yang berlaku, namun bukan aturan sepihak yang mengatasnamakan masyarakat terbanyak. 

Makna Natal sendiri adalah membawa pesan perdamaian bagi dunia, seperti tema Natal tahun 2019,"Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang". Tema ini, dalam renungan pribadi saya, adalah anjuran untuk menjadi seorang sahabat. Yang bermakna kedalam diri sendiri, bukan menuntut orang lain menjadi sahabat kita, atau untuk mencari sahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun