Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Relawan adalah Pekerjaan yang Paling Berat

22 November 2019   18:16 Diperbarui: 22 November 2019   18:34 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi karyawan atau pengusaha, masing-masing memiliki tantangan dan tanggung jawabnya sendiri. Karyawan bekerja dan digaji, pengusaha menanam modal dan kemudian berusaha mendapatkan untung. Ada timbal balik disitu. Ada usaha dan ada hasil yang dapat dinikmati oleh para pelaku pekerjaan. 

Bagaimana dengan pekerjaan voluteer atau relawan?

Menurut saya inilah pekerjaan yang paling berat. Anda harus mengeluarkan modal sendiri, untuk kegiatan sehari-hari. Anda juga harus punya skill dan mengembangkan skill sendiri tanpa ada yang membiayai. Anda yang menyanggupi sendiri untuk mengerjakan pekerjaan itu, tidak ada yang meminta apalagi memaksa, yang ada cuma tawaran bagi yang mau.

Dalam perusahaan, jika Anda tidak suka dengan lingkungan kerja, anda bisa resign untuk mencari perusahaan dan bos lain. Sebagai pengusaha, jika Anda tidak suka dengan karyawan Anda, bisa cari karyawan baru.

Tetapi sebagai relawan, tidak ada yang membayar waktu dan pekerjaan Anda, jadi tidak ada istilah resign atau mengundurkan diri dari pekerjaan. Tidak suka dengan rekan kerja? Anda yang harus menyesuaikan diri atau mencari solusi bersama. 

Sekali lagi, tidak ada yang memaksa Anda untuk menjadi relawan. Tetapi sekali Anda mengatakan ya untuk sebuah pekerjaan yang tidak dibayar, berarti Anda harus siap dengan segala resikonya. Kalau karyawan, dibayar sekalian untuk dimaki-maki customer, sekalian untuk pusing kepala memikirkan pekerjaan. Kalau relawan, tidak ada yang bayar, yang ada cuma kata-kata penghiburan,"Upahmu besar di Surga". 

Dimaki-maki orang harus terima karena mungkin orang yang maki-maki juga tidak mau tahu posisi Anda sebagai relawan. Saat tidak sengaja melakukan kesalahan yang berakibat pada orang lain, tetap harus terima resikonya. Tidak ada alasan,"Saya kan cuma relawan. Sudah bagus saya mau bantu". Kalau berlindung dibalik alasan itu, sebaiknya tidak usah ambil pekerjaan yang tidak dibayar. Karena relawan juga harus profesional. Apa jadinya sebuah proyek yang dikerjakan secara sukarela untuk kepentingan bersama dengan slogan dari kita, untuk kita, oleh kita, tetapi orang-orang yang mengerjakannya ogah-ogahan dan seenaknya, kerja seadanya waktu, bukan dengan mengalokasikan waktu walau sudah menyanggupi. 

Setiap pekerjaan pasti butuh waktu, tidak ada urusannya apakah pekerjaan itu dibayar atau tidak. Kalau tidak ada waktu, jangan ambil pekerjaan itu, kecuali memang pekerjaannya tidak butuh tanggung jawab.

Bekerja sebagai relawan yang benar-benar sukarela, memang berat. Terkadang hasil kerja kita tidak dianggap sama sekali, tetapi sekalinya salah, seolah seluruh dunia menghakimi kita.

Tetapi ada banyak manfaat menjadi relawan. Kita punya kesempatan belajar bertanggung jawab dengan benar terhadap sesuatu, kita jadi terlatih untuk melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh bukan demi uang, tetapi memang karena kita adalah orang yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan. Kita juga punya kesempatan melatih diri untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dimanapun pasti ada saja orang-orang 'aneh' yang menjadi pengganggu atau batu sandungan bagi kita. Maka sebagai relawan kita akan terlatih untuk menghadapi orang-orang seperti itu dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun