Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Deteksi Dini untuk Pencegahan Kebakaran Hutan

16 September 2019   00:31 Diperbarui: 17 September 2019   09:50 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
/kebakaran hutan/kompas.com

Ah...akhirnya saya dapat melihat langit biru. Benar juga kata temanku, sampai Singapura rasanya segar melihat langit biru. Saya baru menyadari ini setelah tidak lagi tinggal di Singapura dan datang kembali sebagai turis.

Dulu, ketika masih tinggal di Singapura ada banyak kenyamanan hidup lain yang lebih menyita perhatian saya, misalnya jalanan yang nyaris tidak pernah macet, keamanan lingkungan, jogging pagi setiap weekend di area sekitar Mount Faber, dengan pemandangan alam yang rapih dan bersih, teh si yang murah meriah mantap, dan lain-lain, sehingga saya kurang mensukuri udara bersih yang dihirup dan langit yang biru, meskipun menyadarinya. 

Sekali waktu ketika masih bekerja di Singapura, kami pernah dipulangkan dari kantor karena kabut asap yang berasal dari Indonesia. Sehari sebelumnya kami dibagikan masker penutup hidung dan mulut, yang menurut saya terlalu tebal sehingga kegiatan bernafas menjadi kurang nyaman, namun type itulah yang dianjurkan. 

Masker yang dapat menyaring udara sebelum kita hirup dan masuk ke paru-paru kita. Kami dianjurkan untuk tidak keluar rumah karena kualitas udara saat itu dinilai buruk dan dapat mengganggu kesehatan. 

Bagaimana dengan di Indonesia sendiri?

Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, masih banyak berseliweran kendaraan-kendaraan yang seenaknya mengeluarkan asap knalpot hitam. Para perokok yang seenaknya melepaskan asap rokok ke udara tanpa peduli orang-orang disekitarnya, pedagang sate yang asapnya kemana, dst.

Pantaslah orang-orang selalu siap sedia dengan masker kain dengan berbagai macam motif dan warna seperti trend mode. Namun saya tidak tahu apakah masker kain itu cukup memadai untuk menyaring udara kotor sebelum kita hirup. 

Departmen terkait pun seolah tidak peduli dengan semua itu. Pernah terdengar ada komunitas yang memperjuangkan langit menjadi biru kembali, namun gaungnya tidak pernah lagi terdengar. Entah masih ada atau tidak. 

Urusan asap dan udara kotor menjadi urusan negara ketika ada kebakaran hutan dan asapnya melewati batas wilayah negara sehingga negara tetangga ikut 'menikmati' akibatnya dan mulai komplain.

Jika tidak ada negara tetangga yang komplain, apakah pemerintah tidak peduli? Atau, jika tidak ada korban jiwa secara langsung apa mungkin pemerintah tidak berusaha memperbaiki kualitas udaranya?

Kerugian-kerugian akibat polusi udara diantaranya kabut asap yang menimbulkan jarak pandang menjadi pendek. Hal ini menyebakan transportasi penerbangan tidak dapat beroperasi dengan lancar. Masalah kualitas udara yang berpengaruh terhadap kesehatan, diantaranya menyebabkan sesak nafas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun