Mohon tunggu...
Syinchan Journal
Syinchan Journal Mohon Tunggu... Seorang Pemikir bebas yang punya kendali atas pikirannya

Begitu kau memahami kekuatan kata katamu, kamu tidak akan mengatakan apapun begitu saja. Begitu kau memahami kekuatan pikiranmu, kamu tidak akan memikirkan apapun begitu saja. Ketahuilah Nilaimu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Vatikan ke Dunia: Warisan Paus Fransiskus yang Tak Lekang oleh Zaman

24 April 2025   00:00 Diperbarui: 23 April 2025   19:57 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
paus fransiskus (Sumber: Freepik/FREEPIK)


Pada 21 April 2025, dunia kehilangan sosok yang tak hanya menjadi pemimpin rohani umat Katolik, tetapi juga figur moral global yang punya dampak nyata di luar tembok Vatikan. Paus Fransiskus, yang wafat di usia 88 tahun, bukan hanya dikenang karena jubah putihnya, tetapi karena keberaniannya "mengotori tangan" demi membela nilai-nilai kemanusiaan.

Bukan Sekadar Pemimpin, Tapi Teladan

Ketika Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus pada tahun 2013, banyak yang mengernyitkan dahi. Seorang Kardinal asal Argentina yang memilih nama Fransiskus---terinspirasi dari Santo Fransiskus dari Assisi---membawa harapan baru dengan langkah pertamanya: menolak tinggal di Apartemen Apostolik dan memilih hotel sederhana di Casa Santa Marta. Ini bukan simbolisme kosong. Dalam kajian perilaku kepemimpinan religius, sikap ini dikenal sebagai bentuk servant leadership---di mana pemimpin menempatkan dirinya sebagai pelayan umat, bukan raja yang bertakhta.

Dan itu bukan pencitraan. Berdasarkan laporan Pew Research tahun 2022, tingkat kepercayaan publik terhadap Paus Fransiskus di luar umat Katolik mencapai 57%---angka yang sangat tinggi untuk seorang pemimpin agama dalam konteks global.

Isu Sosial: Dari Mimbar ke Aksi Nyata

Di bawah kepemimpinannya, Vatikan bukan hanya bicara tentang doa dan liturgi, tapi juga tentang kemiskinan, imigrasi, ketimpangan ekonomi, dan krisis lingkungan. Dalam World Meeting of Popular Movements (2015), ia menyebut ketimpangan sosial sebagai "akar dari banyak kejahatan sosial."

Jika melihat data Bank Dunia, ketimpangan pendapatan global mencapai Gini coefficient rata-rata 0.63 di negara berkembang. Paus Fransiskus menyentil hal ini, bukan dengan jargon, tapi dengan meminta Gereja terlibat langsung dalam membantu kaum miskin dan terpinggirkan. Ia bahkan menyebut Gereja seharusnya seperti "rumah sakit di medan perang."

Banyak pastor di Amerika Latin kemudian mendirikan program bantuan pangan dan tempat perlindungan bagi pengungsi, sebagai respons terhadap seruan tersebut.

Menyatukan yang Terpisah: Dialog Lintas Iman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun