Mohon tunggu...
Voni R Damayanti
Voni R Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UIN maulana malik ibrahim malang semoga bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Orang Menyebutnya ''Punk''

13 Desember 2017   22:11 Diperbarui: 13 Desember 2017   22:17 4105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hipwee.com | Ilustrasi Anak PUNK

sekilas anak punk jalanan adalah hal yang sangat menjijikan dimata orang lain. banyak diantara mereka berkaos oblong banyak sobek, bertindik besar lebih besar dari pada cincin. mengenakan kalung hitam bergelang bertato dan keburukan lain.

banyak orang yang memandang mereka preman, brutal dan tidak berpendidikan. namun berbeda dengan vrenda seorang wartawati cantik yang sedang tertarik menelaah tentang bagaimana seluk beluk kehidupan jalanan yang suram kata orang.

pemikiran itu berawal saat dia pulang dari suatu penelitian di blitar. matanya menjelajah seluruh jalan. banyak yang dia lihat dan pelajari dari setapak jalan blitar sampai menuju rumahnya. banyak pedagang, rumah kecil, pengamen jalanan.

disuatu jalan kota vrenda menemukan sekelompok pengamen yang berpenampilan seperti preman. muka telinga ditindik, baju sobek dan mengenakan banyak aksesoris hitam. anak punk orang bilang. banyak orang melihat berceloteh dalam bus, berkata dan hampir semuanya buruk ! terbesit dalam hati seorang wartawati vrenda. sejenak dalam hati merenungkan -- bagaimana mereka berpenampilan seperti itu ? darimana asal mereka ? dan yang terpenting adalah - - dimana orang tua mereka ? sudah meninggal, di biarkan atau memang mereka yang sulit di bilangi ? dengan rasa penasaran vrenda terus bertanya-tanya dan bergelut dengan batinnya. usai sampai dan turun dari bis didaerah jalan kota tempat tinggalnya, vrenda memutuskan untuk mewawancarai sekelompok anak-anak jalanan tersebut. dia bertanya tentang apa yang ada di gelut batinnya saat duduk di bis.

belum sampai pada niatnya vrenda didatangi oleh sekelompok anak-anak jalanan itu. dengan cara jalan khas dan memakai pakaian berwarna hitam, dan rambut yang dicat merah dan pirang, bahkan salah satu dari mereka adalah seorang wanita. oh tuhaaann, gumam vrenda sambil mengelus dada. ternyata  anak-anak itu mendekati vrenda untuk mengamen meminta uang. mereka bernyanyi gaya musik rock dengan sangat percaya diri, dengan nada alunan gitar dan suara yang menurut vrenda menghancurkan telinga.

tak tahan dengan suara nyanyian anak-anak jalanan itu vrenda bergegas mengeluarkan uang dari dompetnya dan menyodongkan uang sebanyak seratus ribuan! seketika mata anak-anak itu terbelalak. "loh yang bener mbak ?" tanya salah satu dari mereka heran. mungkin mereka kaget karena jarang sekali masyarakat pada jaman sekarang memberi uang pada pengamen atau pengemis dengan jumlah besar. jika ada mungkin hanya ada satu dari seratus orang. "iya benar, tapi kalian mau kan bantu saya ?" pinta vrenda. "mau mbak mau" jawab mereka tanpa serentak. "oke, saya mau wawancara adek-adek ini, tapi dijawab dengan jujur yaa ?" pinta vrenda lagi. "siap mbak" jawab mereka yakin.

vrenda bergegas mengeluarkan buku catatan serta handphone dari tasnya untuk merekam semuanya.

"oke kamu yang berambut hijau dulu yaa ? siapa nama kamu dan darimana asalanya ?" tanya vrenda.

"anto mbak dari sini aja, rata-rata kita semua dari sini. rumah saya dekat pasar disana" sambil menunjuk arah pasar.

"baik.. kenapa anto berpakaian seperti ini dengan rambut diwarna, di tindik ? anto tidak malu ?"

"tidak mbak kenapa harus malu, ini kan keren kayak di tv, banyak dari abang-abang di desa kita berpakaian seperti ini kata abang gini itu maco."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun