Mohon tunggu...
Voni Anggraeni
Voni Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Nilai Kesetaraan Gender Dibalut dalam Sastra yang Epik, Novel Keberangkatan Karya NH Dini Patut Diminati

23 November 2024   01:17 Diperbarui: 23 November 2024   03:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Cover Novel Keberangkatan karya NH. Dini (sumber foto: https://pinterest.com/thalia.de))

Alur Novel "Keberangkatan" 1977 NH. Dini

Cerita bermula saat tokoh Elisa yang mengantarkan keluarganya di sebuah bandara untuk keberangkatannya ke Belanda. Elisabeth Frissart atau yang lebih dikenal dengan nama Belanda Elsye atau Elisa (dalam sapaan Indonesia), dia merupakan seorang hasil peranakan bangsa Belanda dan campuran pribumi pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. 

Latar novel terjadi pada era awal kemerdekaan RI sekitar tahun 1947 an. Elsye lebih suka disapa dengan nama Elisa karena lebih terdengar seperti warga pribumi karena ia lebih cinta tanah kelahirannya ini. Dia lebih suka dianggap anak pribumi daripada anak hasil peranakan yang saat itu disebut dengan "anak indo". Istilah tersebut merujuk pada seseorang keturunan campuran. 

Elisa mempunyai ayah ibu juga seorang kakak dan dua adik. Kakak Elisa yang sudah menikah dan tinggal terpisah jauh di Surabaya mengikuti suaminya. Hubungan dia dan kakak perempuannya yang tidak dekat disebabkan percekcokan kali terakhir dengan ibunya yang menyebabkan sang kakak tidak pernah lagi berkunjung ke rumah. Adik Elisa bernama Teo dan Silvi. 

Di sini tergambar hubungan kedekatan antara Elisa dengan Silvi adik bungsunya yang membujuknya untuk turut serta berangkat ke Belanda. Elisa tidak pernah menjawab "iya" atas ajakan adiknya itu. Ia pun tidak pernah menjanjikan jika ia akan menyusul ke Belanda di keberangkatan selanjutnya atau pada suatu saat nanti karena hati Elisa masih ingin tetap tinggal di negeri bekas jajahan bangsanya itu dalam waktu yang lama atau selamanya. 

Sedangkan, hubungannya dengan anggota keluarga yang lain biasa saja. Namun dengan ibunya, Elisa digambarkan tidak terlalu dekat dan kurang cocok dengan sang ibu karena sering merecoki kehidupannya, termasuk membiayai semua kebutuhan hidup anggota keluarganya dari hasil gaji kerjanya hingga Elisa merasa sungkan tinggal seatap dengan ibunya. 

Percekcokan kecil yang sering kali terjadi membuat Elisa memutuskan untuk keluar dan memilih menyewa rumah dengan teman-teman kerjanya sebagai tempat tinggal.

Elisa seorang pramugari di Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia Airways (GIA). Dirinya mempunyai beberapa teman dekat, salah satunya Lansih yang tinggal bersama di rumah sewaan yang dibayar patungan di Jalan Rajawali. Suatu ketika ia bertemu dengan sepupu Lansih, seorang pria keturunan asli Jawa asal Solo yang bekerja di istana kepresidenan bernama Sukoharjito. 

Sapaan akrabnya "Mas Jito". Dengan Jito, Elisa seolah merasakan jatuh cinta untuk pertama kali dengan pria itu. Dia berharap dapat hidup bersama dengan pria itu dalam ikatan yang paling serius; pernikahan.

Elisa digambarkan sebagai perempuan "Indo" yang mempunyai pendirian berbeda dengan perempuan Indo lainnya yang dikenal mempunyai kebebasan "sebebas-sebebasnya" dalam hal pergaulan antara laki-laki dan perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun