Mohon tunggu...
Vladimir Preximovic
Vladimir Preximovic Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Asli Semarang tapi jarang ada di Semarang. Melanglangbuana menjelajah ke seluruh pelosok nusantara demi mengusahakan rezeki yang halal untuk anak-istri dan keluarga....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

LPI, Revolusi yang Terlalu Singkat di Waktu yang Belum Tepat (Seri 2)

25 Agustus 2013   20:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:49 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Salam Sepakbola Bangkit!!!

Menyambung dari tulisan sebelumnya, mohon maaf jedanya lama banget, maklum Ane bukan penjaga warnet atau pengangguran yang bisa setiap saat nongkrongin Kompasiana atau menjawab setiap komentar yang masuk ke tulisan Ane, terutama sejak pindah tugas ke Banjarmasin, kesibukan Ane menjadi berkali-kali lipat.  Pada tulisan kali ini, Ane akan mengisahkan mengenai bergulirnya LPI, Kongres PSSI 2011, Kongres Pemilihan Ketum PSSI 2011-2015 sampai dengan bergulirnya IPL .  Bagi yang menanyakan link sumbernya bisa searching di google, banyak sekali tersedia referensinya.  Ane ga masukin karena terlalu banyak, padahal artikelnya sudah terlalu panjang.

BERGULIRNYA LIGA PRIMER INDONESIA (LPI)

Dengan segala keterbatasan, LPI bergulir di tengah-tengah musim bergulirnya ISL.  Pada Oktober 2010, 17 perwakilan klub beserta konsorsium mendeklarasikan berdirinya LPI di Semarang.  LPI sendiri mengadopsi sistem yang digelar oleh MLS (Liga Amerika Serikat), karena di Indonesia saat ini belum ada klub yang sudah benar-benar kuat secara marketing, finansial dan managerial.  Hal ini menyulut kemarahan para petinggi PSSI, yang sudah mencoba menghambat dengan tidak mengeluarkan perizinan.  Namun, sayangnya PSSI tidak pernah menyebutkan alasan pasti penolakan mengeluarkan izin bergulirnya LPI, selain dengan istilah kompetisi ecek-ecek, tarkam, banci, dan sebutan negatif lainnya.  Ditambah lagi dengan bergabungnya 4 klub barisan sakit hati dari ISL, yaitu Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar dan Persebaya Surabaya.  Jika Persebaya Surabaya sakit hati karena "sengaja didegradasikan" di tahun 2009 untuk menyelamatkan Pelita Bakrie, maka Persibo Bojonegoro, Persema Makassar dan PSM Makassar sakit hati karena semakin parahnya kualitas kompetisi ISL di edisi tahun ketiga (2010) tsb.  LPI akhirnya mendapatkan izin bergulir dari BOPI dan Kementrian Pemuda dan Olahraga.

Jika pada edisi pertama tahun 2008, PTLI masih terlihat sangat baik dalam mengatur kompetisi, maka pada tahun-tahun berikutnya kualitas ISL semakin amburadul, dan ditengarai semakin banyaknya kasus pengaturan skor.  Jika beberapa tahun sebelumnya kasus pengaturan skor melibatkan korps berbaju hitam (Wasit) dengan terbongkarnya MAFIA WASIT, maka di ISL edisi kedua dan ketiga bukan hanya wasit yang "bermain", tapi sampai ke tingkat elit pengurus PSSI.  PTLI yang menjadi operator liga tidak lagi berdaya (tidak lagi bisa independen) melawan kekuatan pengurus PSSI yang menunjuk mereka.  Klub-klub yang tidak diinginkan pun mulai digerogoti dengan hujan kartu ataupun hukuman partai tanpa penonton.  Penonton-penonton siluman yang disusupkan untuk membuat kerusuhan pada suatu pertandingan, sehingga suatu klub harus menjalani partai usiran, tujuannya adalah memiskinkan klub-klub tsb untuk mempromosikan klub-klub yang bisa mendatangkan keuntungan lebih karena banyaknya bantuan subsidi dari pemerintah.  Belum lagi pertandingan-pertandingan yang ditunda, jika ada partai-partai yang saling menentukan terjadwal secara bersamaan.  Akibatnya kompetisi yang molor dari jadwal sebelumnya menjadi pemandangan yang lumrah di kompetisi persepakbolaan kita.

Kasus-kasus pengaturan skor tsb menjadi sulit dibongkar, karena hampir seluruh petinggi PSSI, PTLI dan peserta ISL dibuat saling terlibat.  Ditengarai uang-uang tsb mengalir ke rekening-rekening tertentu untuk persiapan pergantian pengurus di tahun 2010.  Begitu juga penentuan klub-klub yang promosi dan degradasi ditengarai ada kaitannya dengan partai-partai tertentu untuk persiapan pergantian pengurus serta Pemilu 2014.  Jika Anda masih tertipu bahwa Nurdin Halid ingin terpilih menjadi Ketum PSSI lagi di tahun 2010, berarti Anda seperti Ane dan kebanyakan pengamat sepak bola Indonesia lainnya.  Sebenarnya Nurdin Halid mengincar kursi ketua AFF yang akan dihelat tahun 2011.  Kursi ketua umum PSSI yang ketiga kalinya hanyalah kamuflase untuk memperlihatkan bahwa Nurdin Halid begitu hebat dan kharismatik, serta memperlihatkan bahwa sepakbola Indonesia sudah sedemikian sukses dengan berhasil menggelar Asian Cup 2007 dan AFF Cup 2010 dengan animo yang begitu besar.

Awalnya LPI akan diikuti oleh 16 tim, kemudian ada penambahan menjadi 18 dan hampir menjadi 20 tim.  Namun, belakangan Persik Kediri belum siap dan memilih menunda bergabung, sehingga LPI finally diikuti oleh 19 tim, yaitu Persebaya Surabaya, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Atjeh United, Bintang Medan, Medan Chiefs, Minangkabau FC, Batavia Union, Jakarta FC, Bogor Raya, Bandung FC, Tangerang Wolves, Real Mataram, Solo FC, Semarang United, Bali Devata, Manado United dan Cendrawasih Papua.  Seperti Ane ungkap sebelumnya, beberapa pertandingan di LPI berjalan kurang gereget.  Status sebagai klub-klub baru, membuat mereka masih belum banyak dikenal oleh masyarakat.  Tercatat hanya 4 klub eks ISL, Semarang United, Bali Devata, Real Mataram, Solo FC dan Bogor Raya yang berhasil menarik minat banyak suporter untuk datang ke stadion.  Belakangan Bandung FC, Atjeh United, Tangerang Wolves dan Batavia Union perlahan mulai mendapatkan perhatian dari publik pecinta sepakbola di daerahnya masing-masing.

Meskipun beberapa pertandingan kurang gereget, LPI mampu bergulir dengan lancar dan cukup baik.  Munculnya minat yang kian besar, membuat PSSI dan PTLI merasa terancam sehingga menghukum pemain-pemain yang terlibat di LPI dengan dicoret dari tim nasional.  Selain itu, 4 tim diancam akan dikeluarkan dari keanggotaan PSSI.  Mendapat ancaman tsb, para pemain dan klub-klub eks IPL tidak mempedulikan, karena 4 klub tsb memang berniat keluar dari PSSI.  Petinggi PSSI pun mengirimkan surat ke FIFA mengenai adanya kompetisi profesional yang bergulir di luar yuridiksi PSSI.  FIFA pun akhirnya mengeluarkan surat kepada PSSI (meskipun banyak yang menganggap surat dari FIFA yang ditunjukkan PSSI adalah palsu) yang salah satunya adalah menyatakan LPI sebagai breakaway league.  Padahal seharusnya PSSI tidak perlu mengindahkan LPI, karena yang bermain adalah klub-klub di luar anggota PSSI serta 4 klub yang mundur dari ISL.  Toh, mereka juga tidak akan bisa kemana-mana, selain hanya memberikan hiburan alternatif kepada para penggila sepakbola Indonesia.  Tapi, di sini bukan hanya soal uang, tapi menyangkut kekuasaan.  Kalau PTLI sampai kalah pamor, kemudian klub-klub ISL menyeberang ke LPI dan suporter kemudian berduyun-duyun menonton LPI, maka bisa-bisa ambisi 2014 terkubur.

KONGRES PSSI 2011

Pada 22 Januari 2011, PSSI menggelar Kongres tertutup di Bali.  Padahal seharusnya kongres ini berjalan terbuka, karena hanya kongres tahunan biasa.  Kongres ini ditengarai untuk memuluskan langkah Nurdin Halid sebagai Ketum PSSI yang ketiga kalinya berturut-turut sekaligus batu loncatan untuk menjadi ketua AFF 2011-2015, sehingga Kongres ini diundur dari tadinya akan dilaksanakan pertengahan tahun saat jeda kompetisi menjadi usai gelaran AFF Cup 2010 yang sudah dipoles sedemikian rupa sebagai ajang pencitraan.  Selama jalannya kongres, arena kongres dijaga ketat oleh ormas-ormas bayaran untuk mencegah wartawan dan berbagai elemen suporter di tanah air yang menggelar demo masuk ke arena kongres, serta tidak mengundang 4 klub anggota PSSI yang menyeberang ke LPI.  Padahal mereka masih sah sebagai anggota PSSI karena hanya mengundurkan diri dari ISL, dan secara statuta keanggotaan mereka hanya bisa dihapuskan kalau disetujui oleh minimal 3/4 peserta melalui kongres tahunan PSSI.

Kongres Bali menghasilkan 10 keputusan, yang mana salah satu keputusannya soal 4 klub yang membangkang berbeda-beda.  PSSI sendiri tidak bisa menjelaskan latar belakang pasti alasan membuat keputusan yang berbeda terhadap 4 klub tsb, selain hanya dalih-dalih yang tidak masuk akal, seperti PSM belum memulai pertandingan dsb.  Padahal realitanya Kongres dimajukan sebelum jadwal pertandingan yang melibatkan PSM dilaksanakan.  Uniknya lagi adalah Persebaya Surabaya, yang mana perwakilannya yang hadir di kongres PSSI adalah official Persikubar Kutai Barat.  Jadi, dari 4 klub eks ISL, 2 klub kecil Persema dan Persibo dipecat, sedangkan klub tempat asal Nurdin Halid, PSM Makassar dan Persebaya Surabaya, yang memiliki animo penonton besar tidak dipecat oleh PSSI, untuk tetap menjaga suara di 2014.  Dari sinilah asal muasal Persebaya DU eks Persikubar muncul, di mana tim Persebaya DU adalah tim bedol desa dari Persikubar Kutai Barat.  Selain fakta unik Persebaya eks Persikubar, fakta unik lainnya adalah PSM Makassar, di mana dalam hasil kongres Bali PSM diberi sanksi turun ke Divisi 1, tapi tahun lalu PSM Makassar versi baru dari Kadir Halid (saudara Nurdin Halid) memulai kompetisi dari Divisi 3.  Benar-benar pikun yang sangat akut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun