Mohon tunggu...
Vivi Widya Susanti
Vivi Widya Susanti Mohon Tunggu... Guru - Khairunnas anfa'uhum linnas

Baru Belajar Nulis - Belajar Baru Nulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Belajar Sepanjang Hayat

24 Maret 2023   16:56 Diperbarui: 24 Maret 2023   16:59 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tahun lalu merupakan fase dimana kebanyakan kreativitas seorang guru 'dipaksa' untuk dikalibrasi. Termasuk saya.

Bagaimana tidak, ditengah keterbatasan ruang dalam transfer ilmu kepada peserta didik, kami berupaya semaksimal mungkin agar tidak terbelenggu oleh sebuah tembok bernama tatap muka. Semua Rencana Program yang telah disusun, sebisa mungkin kami modifikasi untuk menyederhanakan proses administrasi agar waktu kami tidak terbuang disana. Saat itu, yang terpenting bagi kami adalah bagaimana menemukan pola agar peserta didik tetap tertarik untuk berproses dan bertumbuh secara positif baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotornya.

Pemerintah juga berupaya dalam merespon tantangan pendidikan kala itu, seperti mengadakan pelatihan-pelatihan pemanfaatan media komunikasi virtual termasuk pembuatan media pembelajaran berbasis digital yang bisa diikuti oleh siapapun dan dari mana saja. Sejak saat itu saya menyadari bahwa dalam belajar, ruang dan waktu adalah ilusi yang kita buat sendiri. Saya kemudian berpikir bagaimana saya bisa membawa stimulus ini ke peserta didik saya.

Pada pertemuan daring pertama di grup kelas yang kami buat untuk memudahlan komunikasi, saya melakukan sebuah riset dengan mengirimkan link angket kepada peserta didik saya. Link itu berisi pertanyaan tentang jenis gadget yang mereka miliki serta media sosial yang mereka biasa gunakan. Ini membantu saya mengidentifikasi media apa yang bisa saya manfaatkan dalam pendekatan dengan peserta didik meskipun mereka tidak berada di sekolah. Berdasarkan hasil angket yang terkumpul, jenis gadget yang biasa mereka gunakan adalah Smartphone. Sementara media sosial yang biasa mereka konsumsi adalah Youtube.

Dokpri
Dokpri

Saya kemudian memutuskan untuk memberanikan diri membuat sebuah channel Youtube pribadi yang nanti akan saya manfaatkan sebagai 'ruang kelas virtual' saya dalam mentransfer materi. Meskipun kita ketahuai diluar sana telah banyak konten kreator dalam bidang pendidikan, saya memiliki kepercayaan bahwa ketika peserta didik menyaksikan atau mendengar secara langsung suara sang guru pada sebuah media pembelajaran, chemistry itu masih terbangun.

Setelah banyak mempelajari teknik-teknik pembuatan video pembelajaran yang efektif dari berbagai sumber profesional yang terjangkau, saya sempat tidak percaya diri dan ingin mengurungkan niat saya. Menghadapi lensa kamera Smartphone rupanya tidak menyenangkan berdiri didepan peserta didik. Tidak ada yang membalas senyum dan salam saya, tidak ada gemuruh suara antusias dibarisan bangku paling belakang, hanya ada tripod dan laptop yang sesekali saya lirik sebagai prompter manual saya. Tapi ketika saya mengingat kembali bagaimana respon mereka yang merasa kesulitan karena harus belajar mandiri dari rumah, saya menyusun kembali kepercayaan diri saya satu persatu.

Berbekal dengan kain sprei warna merah muda (karena hanya itu warna polos yang saya miliki) yang kemudian saya bentangkan pada rak besi yang biasa saya gunakan untuk menjemur pakaian, jadilah background 'pink screen' saya. Video yang sudah saya rekam, saya sunting tampilan backgroundnya dari warna merah muda menjadi animasi yang menarik. Pemanfaatan aplikasi sunting ini juga saya dapatkan dari hasil belajar mandiri dan mudah ditemukan secara gratis pada Smartphone berbasis Android. Saking mudahnya, Chroma Key yang umumnya menggunakan warna hijau, dapat dengan cepat saya sesuaikan dengan warna sprei saya. Sebenarnya saya sudah mencoba dengan menggunakan warna asli dinding, yakni putih. Namun setelah saya uji coba, rupanya yang berubah tidak hanya dinding, namun mata, gigi dan separuh wajah saya ikut berubah. Hilang. Itulah pentingnya belajar. Agar kita tidak hilang ditelan ketidaktahuan, terutama dalam pemanfaatan bidang teknologi yang sudah sangat canggih sekarang ini.

Dokpri
Dokpri

Setelah berhasil membuat sebuah video dan direspon secara positif oleh peserta didik, saya mulai secara rutin membuat video berisi materi-materi layanan yang populer sesuai dengan keadaan peserta didik saat itu, seperti Cara Menghadapi Masa Sulit Bagi Remaja. Dalam hitungan minggu, saya mempunyai julukan baru seperti Konten Kreator atau bahkan Youtuber. Meskipun pada kenyataannya Youtube bukan satu-satunya media edukasi yang menarik minat peserta didik. Saya merasa ini adalah pencapaian pribadi saya sebagai pendidik yang luar biasa ditengah masa pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun