Mohon tunggu...
Vivi Vivi
Vivi Vivi Mohon Tunggu... Administrasi - Full time working single Mom.

I believe in women empowerment, that we should have our own funds to support ourselves and our children, that each of us are unique and we have talent/skills that we can use to make 'halal' money. We have to be strong and independent. Do not depend on someone else, only believe to Allah SWT. I wrote for my own therapy for the life changing experience that I had, life goes on, I keep hoping and believe for the best.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Punya Penghasilan Sendiri, Lebih Baik Daripada Mengandalkan Orang Lain

23 September 2011   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:41 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asslm. Wr. Wb, salam sejahtera untuk kita semua

Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi Saya sendiri.  Saya bersyukur mempunyai pekerjaan sebagai pegawai tetap dan mendapatkan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.  Banyak teman wanita saya yang tidak bekerja dan memilih pekerjaan yang mulia sebagai ibu rumah tangga.  Buat saya, menjadi ibu rumah tangga adalah kemewahan/privilege yang tidak saya miliki secara penuh/full time. Sejak anak saya lahir, sampai hari ini, dia berumur 10 tahun, saya meninggalkan dia bersama pengasuh dan ibu mertua saya.  Perkembangan anak saya tidak bisa saya lihat secara penuh, pulang kantor, lelah setelah seharian mengerjakan tugas yang diberikan, belum lagi kondisi jalanan di Jakarta yang semakin padat dan tidak bersahat membuat Saya tidak bisa berkomunikasi dengan anak Saya lebih dari 1 atau 2 jam saja.  Kadang dia sudah tidur pada saat saya pulang kantor.  Beruntunglah ibu-ibu yang mendedikasikan waktunya untuk mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka, satu hal yang tidak bisa diulang kembali adalah waktu, kalau uang bisa dicari, setuju?

Saya ingin berbagi kisah nyata yang saya alami, ini benar-benar terjadi di kehidupan saya, bulan April 2010 yang lalu, Allah memanggil almarhum suami saya, beliau tidak pernah sakit, terlihat sehat,  tiba-tiba mendapat penyakit yang luar biasa hingga meninggal di usia 39 tahun,.  Saya mengalami shock/terkejut/bingung/takut/sedih/marah bercampur aduk.  Kami pacaran 3 tahun dan menikah selama 12 tahun, rupanya Allah hanya berkenan memperbolehkan saya bersama almarhum dalam kurun waktu 15 tahun, RIP my love.

Yang membuat Saya siap dan bangkit dari kesedihan adalah dukungan keluarga dan anak, kepastian pekerjaan yang saya miliki juga Asuransi yang diperoleh almarhum, walau jumlahnya tidak terlalu besar tetapi cukup untuk menutup hutang yang kami punyai. Selain bekerja kantoran, saya juga aktif menjalankan multi level marketing/MLM dan sesekali mengadakan garage sale/jualan di garasi rumah, dua hal ini membuat Saya mendapatkan penghasilan tambahan di luar gaji bulanan yang saya terima.

Bayangkan, pada saat almarhum meninggal, kehidupan kami berubah total, penghasilan yang sebelumnya dari dua sumber, menjadi satu sumber, beruntung saya mempunyai bisnis sampingan yang tentu saja berbeda dengan pekerjaan saya di kantor.  Hal ini membuat kami survive/berhasil melalui tahap krisis keuangan.

Inti dari cerita di atas adalah, sebagai kaum wanita, alangkah baiknya jika kita mempunyai penghasilan sendiri dan tidak selalu bergantung kepada pasangan/orang tua/sumbangan dari orang lain apalagi berhutang.  kita tidak tahu bila terjadi musibah dan pada saat hal itu terjadi menimpa kepada seseorang tempat kita menggantungkan harapan dan uang, bisa dipastikan kita akan mengalami tahap ketakutan yang luar biasa. Hidup di Jakarta harus punya uang, segala sesuatu sangat mahal. Kalau di daerah, makan soto masih ada yang harga 6 ribu, di Jakarta, paling murah 12 ribu, itu juga di amegos/agak minggir got sedikit

Saya percaya bahwa setiap manusia adalah unik, kita punya bakat dan kemampuan yang berbeda untuk memperoleh pendapatan.  Memang tidak semua orang menyukai MLM, tadinya Saya juga tidak suka, tetapi setelah mempelajari sistem dengan benar, baru saya dapatkan pencerahan, segala sesuatu harus dipelajari dengan seksama baru bisa menjalankan bisnisnya.  Tetapi mendapatkan penghasilan tidak hanya dari MLM atau menjadi pekerja kantoran. Beberapa teman baik saya memilih untuk bekerja dari rumah, mereka memilih menjadi ibu rumah tangga yang berkerja dari rumah dengan menjalankan bisnis online, ada yang jualan baju/makanan/jasa/dsbnya.  Saya yakin banyak sekali ide yang bisa dijual di dunia maya. Saat ini kemajuan dunia teknologi sangat membantu kita untuk mendapatkan informasi di ujung jari kita/at your finger tips.

Ada satu cerita, salah satu teman baik saya, setiap kali kita berjumpa pasti mengeluhkan tidak punya uang, pusing bayar tagihan, gaji suami tidak cukup, ujung-ujungnya pinjam uang alias berhutang.  Bukan nya tidak mau membantu teman, tetapi kalau dia terus menerus berhutang dan tidak mempunyai sumber penghasilan, bisa dipastikan tidak ada yang mau terus menerus memberikan pinjaman. Suatu hari, beliau bertemu dengan Saya, dan berkeluh kesah,judulnya cerita lama kaset baru, mau pinjam uang, sedangkan hutang yang sebelumnya belum terbayar.  Saya bertanya: Mbakyu, dirimu punya keahlian apa? bisa masak/menjahit/jadi guru les pelajaran sekolah/bersih-bersih rumah/melukis atau apa? Beliau menjawab: yaaa, bisa sih, kata bapaknya anak-anak, masakan saya enak. Naah kan bisa dijadikan bisnis tuh, misalnya jual gorengan, tapi jangan saingan sama abang-abang depan sekolah ya, bikin sesuatu yang unik dan orang suka.   Tidak berapa lama, saya dengar beliau berjualan 1 macam snack/gorengan yaitu martabak tahu.  Jualan nya juga dari depan rumah, dan pembelinya tetangga/orang lewat/anak kos di sekitar, setiap hari dia membuat lebih dari 100 buah martabak tahu dan sekarang merambah ke bisnis katering kecil-kecilan untuk perkantoran di sekitar rumahnya. Alhamdulillah

Intinya adalah, kita harus menemukan ide kreatif bila mau maju dan tidak kalah bersaing dengan orang lain yang mungkin menjual barang/ide yang sama.  Bahan boleh sama, diolahnya harus berbeda supaya terlihat unik dan orang ingat kepada kita jika memerlukan barang/jasa tersebut.

Demikian cerita saya akhiri, semoga Intisari dari tulisan di atas bisa diambil, mohon maaf bila ada yang tersinggung dengan bahasan di atas, saya hanya berbagi catatan harian.

Wassalam

Vivi Vivi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun