Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Love

Sakit di Masa Lalu itu Memang Sepantasnya Ada

29 Juli 2021   14:26 Diperbarui: 29 Juli 2021   15:11 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Remember, as long as you hold on to your anger for the wrong man of your past, he will forever have control over your ability to be happy in the future... give yourself a fair chance at happiness. Now is the time to finally let him go!

Sakit, sedih, kecewa, kesal, hingga benci adalah respon alami yang terjadi ketika diri terganggu. Adalah respon yang seringkali terjadi ketika pikiran dipengaruhi oleh perasaan yang tidak sesuai dengan harapan. Adalah respon yang ada ketika kenyataan tak sebanding dengan apa yang diinginkan.

Sifatnya pun beragam, ada yang memang baik, ada juga yang seharusnya ditinggalkan karena dapat mengganggu ketenangan jiwa. Perasaan sedih, sakit, kecewa atau kesal, seringkali menurunkan kadar hormon kebahagiaan dalam otak, menekan rasa bahagia, sehingga kebahagiaan terasa menghilang. Perasaan itu pun tak jarang menimbulkan tangis.

Yang lebih parah adalah rasa benci. Perasaan benci timbul dari perasaan-perasaan lainnya. Biasanya benci ada karena rasa sakit hati, kecewa, kesal, sedih berkelanjutan, hingga menimbulkan benci. Namun ketahuilah, perasaan-perasaan itu memang pasti ada.

Setiap orang yang hidup dan mempunyai kehidupan, tak mungkin terlepas dari perasaan itu. Sebab, alamiahnya perasaan itu memang diciptakan Tuhan. Sakit pasti ada. Kesal, sedih, kecewa, hingga benci, tidak mungkin jika kita tidak pernah merasakannya. Yang paling penting, adalah bagaimana kita menanggapi dan memperlakukan perasaan itu dengan baik. Dengan cara yang tidak merusakkan jiwa kita sendiri.

Ketika orang lain menyakitimu, membuatmu sedih, membuatmu kesal, marah dan kecewa di masa lalu, berterima kasihlah. Sebab orang tersebut adalah tokoh yang sudah membantumu, menemani prosesmu untuk menuju kedewasaan.

Tak perlulah ada benci, apalagi dendam hingga terbesit keinginan untuk membalas. Sebab nyatanya, orang yang menyakitimu adalah orang yang dipinjam untuk membentuk kedewasaanmu. Bila kamu membencinya, berarti sama saja dengan kamu menolak rencana pendewasaan yang sudah dirancang oleh Tuhan. Jika pun tidak melalui dia yang sudah menyakitumu, tetap saja ada orang lain yang akan menyakitimu. Proses pembentukan jiwa harus tetap terjadi, kamu harus tetap dewasa.

Untuk menjadi dewasa pun, tidak bisa hanya dari hasil harapan. Harus dibentuk, melalui rasa sakit. Tanpa kamu sadari pun, kamu juga sering "dipinjam" untuk menyakiti orang lain dan mambantu proses pembentukan kedewasaannya. Jika dia membencimu, itu juga berarti dia menolak pendewasannya. Dan jika bukan kamu yang menyakitinya, tetap akan ada orang lain yang menyakitinya untuk proses pendewasaannya.

Berterima kasihlah pada orang yang telah menyakitimu. Bersyukurlah dengan rasa sakit. Kesakitan yang kamu rasakan, adalah yang membantu proses pembentukanmu menjadi dewasa. Hilangkan rasa benci itu, dan ubahlah menjada rasa terima kasih dan kesyukuran. Sebab, sepantasnya memang rasa sakit itu harus ada. Masa lalu yang menyakitkan, tak perlu dibenci. Orang yang menyakitimu, tak perlu dibenci. Damaikanlah jiwamu dengan pendewasaan.

Notes:

Tulisan ini sebagiannya pernah dipublikasin lewat buku pribadi berjudul "Retrospektif" karya saya sendiri (Silvi Novitasari).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun