Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Bandung Dilingkung ku Gunung", Keindahan Alam Surga yang Tak Berujung

17 September 2020   19:40 Diperbarui: 17 September 2020   19:46 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
view pegunungan di kawasan Desa Ciburial/ sumber: dok. pribadi

"Bandung dilingkung ku gunung", pernahkah kamu mendengar istilah tersebut? Siapa saja yang pernah berjejak di Bandung, pastinya akan akrab dengan istilah itu. Punya makna yang jelas dan tersirat secara realita. 

Bagaimana tidak, saat mata menghamparkan pandangannya gunung bebukitan hadir menyapa. Menghadirkan pesona alam yang tidak pernah berujung pesonanya. Itulah kampung halamanku. Bandung, yang penuh dengan pesona.

Konon katanya, Bandung merupakan peninggalan kisah balik Danau Purba yang sudah mengering sebab airnya mengalami pendangkalan. Jika dilihat dengan seksama, Bandung akan terlihat seperti mangkuk. Ada bentangan alam yang disebut Cekungan Bandung dengan bentuk elips berarah timur tenggara -- barat laut. Cekungan itu terbentang dari arah Nagreg (timur) hingga Padalarang (barat).

Bukan tanpa alasan dan sejarah yang tidak jelas, beberapa sumber pernah mengatakan bahwa Bandung adalah manifestasi dari Danau Bandung pada ribuan tahun lalu. Mangkok cekungannya adalah sebuah kawah yang disebut KALDERA di mana pembentukannya berasal dari letusan gunung raksasa (Gunung Sunda Purba -- Zhunnda). Disebut gunung raksasa karena ia memiliki ketinggian yang sangat luas hingga kisaran 12.000 meter.

Saat meledak, gunung tersebut berguncang sangat kuat. Segala material mampu dikeluarkan hingga jarak yang cukup jauh. Gunung Zhunnda inilah yang menjadi cikal bakal dari kemunculan gunung-gunung di sekitar tanah Parahyangan. Mereka adalah anak-anak atau kaki-kaki dari Gunung Purba Bandung. Bahkan beberapa gunung dan danau yang sekarang ada, menjadi bukti kehadirannya. Pun sebagai penjelas bahwa memang Bandung dikeliling banyak gunung tanpa ujung.

Seven Summits Pelindung Bandung

Seperti istilah "Bandung dilingkung ku gunung" yang merepresentasikan bagaimana pemandangan Bandung yang dikelilingi oleh banyak gunung. Dari sekian banyak gunung yang ada di Bandung, setidaknya terdapat 7 puncak gunung yang menjadi acuan dari istilah tersebut. Penentuan ini bukan didasarkan pada ketinggian gunung itu sendiri, bisa dari lokasi gunung, hingga gunung yang dekat dengan arah penjuru mata angin.

Dimulai dari Gunung Burangrang. Berada di sebelah barat, Gunung Burangrang menjadi penyangga bagi atap di kawasan Bandung Barat hingga perbatasan Purwakarta. 

Ia adalah dinding kawah hasil letusan dari Gunung Sunda Purba. Masih di kawasan Barat, terdapat Gunung Bukit Tunggul yang menjadi penyambung titik dinding kaldera setelah Burangrang. Lokasinya berada di kawasan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Dari barat, beralih ke wilayah timur. Gunung Manglayang menjadi salah satu gunung tertinggi di Bandung Timur. Ia pun menjadi dinding dan penyangga atap bagi kawasannya. Berlokasi di kawasan Cilengkrang, Cibiru-Cileunyi, Kabupaten Bandung. 

Dilanjutkan dengan Gunung Mandalawangi. Ia menjadi batas yang terbentuk secara alami untuk kasawan Kabupaten Bandung dengan Kawasan Kabupaten Garut. Tak lupa Gunung Kendang/Kendeng, merupakan atap penyangga bagi wilayah Bandung Raya. Eksotismenya cukup rupawan karena menghadirkan savana yang indah dipandang.

Dinding kaldera menyatu hingga sampai di Gunung Patuha. Jika pernah berkunjung ke wisata Kawah Putih, maka Gunung Patuha akan dengan jelas terlihat. Kawah inilah yang merupakan kaldera dari letusan Gunung Patuha itu sendiri. Terdapat kawah mati (saat) yang menjadi tegalan di dasar puncak. Tidak jauh, ada Gunung Tambakruyung. Berada di kawasan Ciwidey yang menjadi sandaran dinding kaldera hasil letusan gunung pada masa lampau.

Banyak sekali gunung yang sebetulnya mengelilingi Bandung. Mereka menjelma sebagai dinding dan tiang penyangga Kota Kembang yang tidak lain adalah kampung halamanku. Baik dari timur maupun barat, gunung akan dengan mudah ditemukan. Pun dengan danau alami yang menjadi ciri penghidupan manusia. Seperti di Situ Patengang, Situ Cipanunggang, Situ Ciburuy atau Situ Cileunca.

Eksotisme Nyata dan Sejarah Lampau di Kampung Halaman

Bandung menjadi salah satu dari hamparan tanah surga tanpa ujung. Kilas balik sejarah membawa perubahan yang cukup signifikan bagi kondisi alamnya itu sendiri. 

Terlepas dari benar atau tidak, tapi penampakannya nyata di pandangan. Jika berkunjung ke kampung halaman, eksotisme alam hasil representasi masa lampau terpampang sangat memesona. Bisa terbukti jika kamu melakukan kunjungan ke kampung halamanku.

Berlokasi tepat di Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Bukan tanpa arti, Ciburial sendiri berarti air yang besar. Merupakan kawasan dinding bawah dari danau purba yang mengering. 

Penampakannya seperti berada di pinggiran mangkuk dengan cekungan nampak sangat jelas. Hamparan gunung seolah-olah mengikuti setiap jejak langkah yang berurai. Menjadi penyangga bagi bumi jika ia sedang kelelahan. Terlebih salah satu dari seven summits-nya, Gunung Manglayang, akan sangat jelas terlihat.

Beranjak sedikit ke kawasan Negla, di desa yang sama akan ditemukan pemandangan Gunung Tangkuban perahu yang lekat dengan legenda Sangkuriangnya. Ada wisata populer Tebing Keraton di sana. Konon, ia adalah tempat singgah kerajaan masa lalu. Pemandangan gunung yang bertengger dengan gagah, pepohonan hijau, hingga kabut-kabut tipis yang hadir menyelinap di sisi-sisi hijau.

Tak lupa dengan warisan sejarah kini Indonesia, ada Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Sejak kecil, berjalan-jalan kesana adalah keharusan dan sudah jadi kegiatan rutin. Terdapat beberapa situs sejarah seperti patung Soekarno, hingga Goa Jepang dan Goa Belanda yang menjadi tanda jalur aktivitas penjajahan dulu sebelum Indonesia merdeka.

Lebih dari sekadar kampung, eksotismenya selalu membuat mata terpana. "Bandung dilingkung ku gunung", itulah istilah yang selalu terdengar dari para nenek moyang. Mangkok indah jelmaan danau purba yang hadir jadi sekeping tanah surga. Tidak ada sandaran yang aku rindukan, selain pangkuan. Tidak ada tempatku pulang, selain kampung halaman. Bagiku, Bandung adalah tempat terindah yang selalu aku rindukan. Tempat yang membuatku tumbuh dan berpeluh. Meskipun aku banyak berkelana, tapi Bandung adalah singgasana.

Reference: - Bachtiar, T. (2012). Bandung Purba. Bandung: Masyarakat Geografi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun