Mohon tunggu...
Sandriana Vivian
Sandriana Vivian Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Covid-19 Merenggut Puluhan Ribu Nyawa, Indonesia Masih Tetap Menolak Lockdown?

31 Juli 2021   17:35 Diperbarui: 31 Juli 2021   17:53 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kasus COVID-19 yang melonjak telah merenggut nyawa puluhan ribu masyarakat Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini. Menyebabkan pemerintah pusat Indonesia segera menerapkan PPKM Darurat yang berlaku di daerah yang kasus COVID-19 tinggi seperti di Jawa dan Bali. PPKM Daruat resmi dilaksanakan mulai pada tanggal 2 Juli 2021 dan telah berlangsung selama 3 minggu dengan  tujuan utama untuk menghentikan virus COVID-19.

COVID-19 yang sedang menyebar adalah varian Delta, pertama kali ditemukan pertama kali di India pada Oktober 2020 dan merupakan varian yang paling cepat penularannya. Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LPI) menyatakan 95 persen kasus COVID-19 ywng melonjak adalah COVID-19 varian Delta. Dengan viral load 1.260 kali lebih tinggi dibanding varian sebelumnya. Gabungan viral load yang tinggi dan masa inkubasi yang pendek menyebabkan tingkat penularan yang tergolong cepat dan lebih berbahaya.

Seiring berjalannya PPKM dalam 3  minggu terakhir ini kasus COVID-19  masih tetap meningkat dan penyebarannya juga sangat cepat. Jumlah kasus COVID-19 bisa menembus angka 40 ribu orang perharinya. Dengan kasus jumlah sebanyak itu perhari membuat rumah sakit dan tim medis sangat kewalahan dengan jumlah pasien yang setiap hari datang tidak setara dengan jumlah pasien yang sembuh perharinya. Rumah sakit juga kekurangan tempat dan oksigen yang membuat banyak pasien yang tak tertolong.

Masyarakat yang semakin takut dengan COVID-19 menyarankan pemerintah untuk melaksanakan lockdown dibanding PPKM Darurat. Masyarakat Indonesia yang menyarankan pemerintah Indonesia untuk meniru negara lain dengan melaksanankan sistem lockdown selama 2 minggu. Contoh lockdown yang di laksanakan di luar negeri yang dianggap suskes menghilangkam virus COVID-19. Masyarakat indonesia pun lebih yakin bahwa lockdown lebih mempercepat menghentikan penyebaran virus  di banding sistem-sistem yang di berlakukan di Indonesia.

Topik lockdown yang menjadi pembahasan yang sering dibicarakan oleh masyarakat akhirnya, mendapatkan respon dari Presiden Jokowi yang justru berperpendapat lain soal hal tersebut "Kita harus belajar dari pengalaman orang lain. Kita tidak bisa menirunya begitu saja," ujarnya  usai ratas sidang kabinet, Selasa (31/03/2020). Jokowi pun menjadikan India sebagai  contoh negara yang tidak berhasil melakukan lockdown. Lockdown yang dijalankan di India ternyata bukan pilihan terbaik untuk negaranya dan juga bukan pilihan yang terbaik untuk Indonesia

Karena menolak melakukan lockdown Indonesia pun kerap mendapat banyak kritik dari negara lain. Banyak negara lain yang menganggap Sistem PPKM yang diberlakukan kurang tegas untuk menangani COVID-19. Hal tersebut  menyebabkan warga negara Indonesia tidak dibolehkan masuk ke beberapa negara luar karena berisiko penyebaran saat penerbangan atau di pelabuhan. Negara yang melarang Indonesia masuk ke negaranya  di antara lain ada, Inggirs, Taiwan, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Filipina, Singapura, Oman, Schengen Area dan Hongkong.

Namun, pertanyaan utama masyarakat Indonesia adalah apa alasan sebenarnya  pemerintah Indonesia terus menolak menjalankan Lockdown. Ketua satgas COVID-19 dan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) , Zubairi Djoerban juga menyusulkan dilaksanakannya sistem lockdown selama 2 minggu agar memperlambat penyebaran, menyetarakan kurva, menyelamatkan fasilitas kesehatan dan pamungkas: mencegah kondisi pandemi ini menjadi lebih berbahaya dan bisa menyelamatkan banyak nyawa. 

Dia juga mengingatkan bahwa ini situasi darurat nyata. Rumah sakit yang penuh, bahkan sampai ada jenazah yang terlantar di depan rumahnya. Dia berharap masyarakat Indonesia untuk tetap peduli dengan prokes dan harus menjalankan prokes dengan baik.  World Health Organization (WHO)  menyampaikan saran untuk Indonesia untuk secepatnya menjalankan lockdown atau karantina wilayah untuk menghadapi kenaikan kasus covid-19 yang tinggi ini. WHO juga menyarakanan Indonesia untuk belajar dari India yang pernah mengalami lonjakan kasus COVID-19 ini.

Pemerintah pun akhirnya  mengungkapkan alasan sebenarnya Indonesia tidak memilik melaksanakan lockdown adalah dengan alasan utama yaitu, ekonomi. Iskandar Simorangking, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomoian menyampaikan bahwa biaya yang di keluarkan untuk melaksanakan lockdown sangatlah mahal. 

Lalu, dia memberi contoh pengalaman dulu saat diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami penuruan cukup jauh hingga 5,32 persen, yang menyebabkan jika melaksanakan lockdown lagi ekonomi Indonesia akan tidak terkendali. Meskipun kesehatan adalah hal yang terpenting dalam situasi pandemi seperti ini, tapi tidak memungkinkan masyarakat kelaparan, oleh karena itu pemulihan untuk bagian ekonomi juga termasuk sangatlah penting. Oleh karena itu, penanganan covid -19 dan juga pemulihan ekonomi harus di jalankan bersama agar semuanya kembali terkendali.  

Presiden Jokowi juga sudah memutuskan bahwa, PPKM Mikro adalah sistem yang paling tepat untuk menghentikan penularan COVID-19 di Indonesia. Beliau juga terus mengingatkan masyarakat Indonesia untuk bersikap dispilin dan menjaga kesehatan untuk meghadapi wabah ini.7,l juta warga DKI sudah vaksin COVID-19. Jokowi pun meminta bagi yang belum vaksin diharapkan segera melakukannya agar bisa mebantu mencegah virus COVID-19 masuk ke tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun