Mohon tunggu...
Ruslan Karim
Ruslan Karim Mohon Tunggu... -

Jadilah diri sendiri, percaya diri, jangan takut untuk mencoba serta menulis agar menjadi luar biasa....!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

(Wacana Pemekaran Aceh) ALA dan ABAS, ALAY ABIS

24 Mei 2013   23:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:04 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_255737" align="aligncenter" width="200" caption="Armen Desky. http://acch.kpk.go.id/pnd_kk_armendesky"][/caption]

’kita sudah tak tahan lagi, pemekaran harus tahun ini…”, itulah sepenggal kalimat yang disampaikan oleh Tjut Agam (http://www.tribunnews.com/2013/05/07/tokoh-ala-dan-abas-desak-terbitkan-perpu-untuk-pemekaran-di-aceh), salah satu tokoh yang sangat bernafsu agar Pemerintah Pusat segera memekarkan Aceh menjadi tiga wilayah dengan membentuk provinsi Aceh Leuser Antara (ALA) dan Aceh Barat Selatan (ABAS). Sebetulnya, ini bukan wacana baru melainkan wacana ‘’basi” yang sering diulang-ulang menjelang pemilu, khususnya untuk persiapan 2014 mendatang.

Tokoh-tokoh yang memiliki hasrat menggebu-gebu agar terbentuknya ALA dan ABAS masih dihiasi wajah-wajah lama yang tersingkir dari kursi kekuasaan. Sebut saja Armen Desky, Tagore Abu Bakar, Tjut Agam, Teuku Sukandi dan beberapa nama lain yang sudah tak asing lagi dalam pergerakan membentuk kekuasaan baru dengan memekarkan provinsi Aceh.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa selama mereka menduduki posisi penting di wilayahnya, banyak hal-hal negatif yang justru terjadi terhadap wilayah yang mereka pimpin. Armen Desky misalnya, dimasa dia menjadi orang nomor satu di kabupaten Aceh Tenggara, banyak hutan lindung wilayah Leuser dibabat untuk menambah ‘’isi” kantongnya serta kroni-kroni pendukungnya dengan mengabaikan dampak lingkungan seperti bencana alam yang akan menimpa warganya. Bencana seperti banjir bandang dan tanah longsor telah ‘’langganan” setiap tahun di wilayah Aceh Tenggara semenjak hutan Leuser digunduli ‘’kartel” Armen Desky.

Sedangkan Tagore Abubakar, orang yang pernah menjabat Bupati Bener Meriah ini merupakan bekas pemimpin milisi PETA (pembela tanah air) yang mengusir penduduk Aceh asal pesisir dengan cara menebar benih rasisme. Tak heran dalam setiap pernyataannya akhir-akhir ini selalu benuansa rasisme serta melakukan pecah belah seperti penjajah Belanda yang melakukan devide et impera. Pria yang baru saja meninggalkan Partai Golkar ini sangatlah ambisius dalam memperjuangkan nafsunya mempolarisasi penduduk provinsi Aceh. Jika ALA terbentuk maka yang akan dirugikan adalah etnik suku alas (Aceh Tenggara) dan suku jamee (Aceh Selatan), terutama dalam hal politik dan bahasa. Saat ini Tagore telah meloncat ke Partai PDIP.

[caption id="attachment_255738" align="aligncenter" width="257" caption="Tagore Abubakar. foto lintasgayo.com"]

1369411592896163921
1369411592896163921
[/caption]

Jelas berlebihan bila pihak-pihak yang bernafsu pada kekuasaan itu mengatasnamakan rakyat lokal dalam memuluskan rencana mereka yang lebih cenderung ditujukan untuk kepentingan indivual serta kelompoknya.

Sikap yang berlebihan,di dramatisir, serta lebay seperti pernyataan Tjut Agam seakan mengingatkan kita pada fenomena alay yang sedang ditunjukkan sebagian generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Tren negatif yang sedang terjadi ini tidak seharusnya juga mengidap kalangan ‘’tokoh-tokoh terhormat” seperti pejuang kekuasaan ini. Sebagai mantan penguasa di daerah atau raja-raja kecil sepatutnya mereka berjuang untuk bersama-sama mengentaskan berbagai persoalan yang menimpa masyarakat. Bukan membuat pernyataan yang berlebihan di media untuk berambisi kembali ke kursi kekuasaan yang pernah mereka genggam. Padahal saat mereka memimpin tidak banyak dilakukan hal yang progressif untuk membawa perubahan yang positif atau membangun bagi masyarakat di wilayahnya.

Oleh karena itu, wacana pemekaran Aceh dengan membentuk ALA dan ABAS adalah suatu tindakan ALAY ABIS…!

*Peminat sosial, politik, budaya, dan sejarah Aceh

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun