Mohon tunggu...
Vito Rayhansyah
Vito Rayhansyah Mohon Tunggu... Lainnya - “There is no real ending. It’s just the place where you stop the story.” – Frank Herbert

Memiliki hobi menulis cerita dan artikel mengenai kehidupan sehari-hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kemelut Kegelapan yang Menghampiri Diriku

2 Agustus 2020   21:22 Diperbarui: 2 Agustus 2020   22:00 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: himakova.lk.ipb.ac.id

Aku tiba-tiba berada di tempat ini. Tempat yang sangat gelap dan dingin hingga membuat diriku menjadi menggigil. Tak ada suatu hal pun yang terlihat di hadapan mataku. Yang hanya dapat kulihat hanyalah sebuah kegelapan yang kelam. 

Walaupun Aku sudah mencoba bergerak kemana pun, Aku tetap tidak bisa melihat adanya cahaya di sekitarku. Tidak hanya kegelapan yang ada di tempatku ini, tetapi juga kesunyian pun melengkapi suasana di mana aku berada. Sebenarnya itulah yang membuatku menjadi lebih takut disini. 

Kesunyian yang kelam membuatku berpikir bahwa tidak ada siapa pun yang berada di sekitarku. Akan tetapi, pada saat malam, biasanya kudengar suara kelelawar bermunculan di tempatku berada.

Sudah lama aku berada di tempat ini. Lama-kelamaan Aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan di sekitarku. Untuk mengatasi kesepianku, kadang Aku membuat suara sendiri karena nantinya suara tersebut akan bergema sehingga membuatku berpikir bahwa Aku tak sendiri. 

Sungguh konyolkan cara yang kulakukan ini. Akan tetapi, hanya itu satu-satunya cara yang membuat diriku menganggap bahwa Aku tidak hanya sendiri di tempat ini.

Hembusan angin tiba-tiba menghampiriku. Seketika Aku mencoba lagi untuk berjalan dengan hati-hati. Tiba-tiba Aku meraba sesuatu yang rasanya berbeda dengan yang lain. 

Hingga kusadari bahwa itu adalah manusia. Akan tetapi, dirinya sangat dingin dan tak berkata apaun. Memikirkan kemungkinan bahwa dirinya sudah meninggal membuatku menjadi takut dan seketika diriku menjadi merinding. 

Kepalaku tak bisa memikirkan apapun, kecuali keinginanku untuk pergi sesegera mungkin dari tempat ini. Lantas aku lari sekencang mungkin. Walaupun banyak benda yang bertabrakkan dengan diriku, Aku tetap menerjangnya sambil menangis.

Deraian air mata keluar ketika aku sedang berlari dari tempat ini. Dentuman keras tiba-tiba menabrak diriku yang akhirnya membuat aku berhenti pada saat itu juga. Rasanya sakit. Sakit sekali karena benda yang kutabrak ternyata merupakan batuan tajam. 

Seketika darah mengucur dari dahiku, Rasanya sangat hangat hingga membuat Aku melumuri tanganku dengan darah itu sehingga tanganku tidak merasa sedingin awalnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun