sehimpun luka menjaring cahaya
kala langit itu mulai murka
meruncing di bahu angin
yang kita hidangkan pada mata
duduk lelah dalam penantian sepi
seperti menerka puing-puing bahagia
datang menerobos putihnya sinar
dan lalu lalang debu di antara canda kita
hanya membangkitkan kisah duka
di penghujung mimpi yang tak pernah direncanakan
adalah putihnya sinar itu selalu berjalan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!