Mohon tunggu...
Vita Ve
Vita Ve Mohon Tunggu... Penulis - Aku menulis maka aku ada

Mahasiswa IAIN JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Money

Rahasia menjadi Konsumen paling beruntung, Let be a Smart Consumer!

17 Februari 2019   12:10 Diperbarui: 17 Februari 2019   13:48 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam perspektif ekonomi konvensional, konsumsi dinilai sebagai tujuan terbesar dalam kehidupan. Berdasarkan prinsip inilah maka beredar dalam perekonomian apa yang disebut dengan konsumen adalah raja.

Artinya, konsep ini mengatakan bahwa setiap keinginan konsumen adalah yang menjadi arah perekonomian. Bahkan konsep tersebut berpendapat bahwa kebahagiaan manusia tercermin dari sejauh mana kemampuannya dalam hal melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi apa yang mereka inginkan.

Sedangkan dalam menjelaskan konsumsi, Islam mengasumsikan bahwa konsumen cenderung untuk memilih barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum. Hal ini sesuai dengan rasionalitas Islami bahwa setiap pelaku ekonomi selalu ingin meningkatkan mashlahah yang diperolehnya. Keyakinan bahwa ada kehidupan dan pembalasan yang adil di akhirat serta informasi yang berasal dari Allah adalah sempurna dan akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi.

Mengartikan mashlahah dalam kegiatan konsumsi tidak terlepas dari dua unsur yakni manfaat dan berkah. Seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen akan merasa mendapat suatu manfaat apabila ia mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis atau pun material.

Di sisi lain, berkah akan ia dapatkan apabila kegiatan konsumsi yang ia lakukan sesuai dengan syariat agama islam. Lalu berkah tersebut lah yang akan mengantarkannya pada perkara-perkara baik sehingga dapat mencapai falah.

Selain dua unsur tersebut mashlahah juga berarti tidak menghadirkan mudharat bagi makhluk lain serta lingkungannya. Itu artinya, seorang konsumen juga harus memperhatikan setiap hal yang ada disekitarnya. Sekiranya tidak ada yang dirugikan dari kegiatan konsumsi yang dilakukannya tersebut.

Besarnya berkah yang diperoleh berkaitan langsung dengan frekuensi kegiatan konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi kegiatan konsumsi yang ber-mashlahah, maka semakin besar pula berkah yang akan diterima oleh pelaku konsumsi.

Untuk mencapai suatu mashlahah, Islam tidak semena-mena membiarkan tanpa mengatur pola tingkah laku manusia. Di bidang ekonomi, Islam mengajarkan etika-etika sebagai pola perilaku umat muslim untuk melakukan kegiatan perekonomian termasuk konsumsi.

Etika Islam mengajarkan bahwa dalam hal melakukan kegiatan konsumsi suatu barang seseorang harus menggunakan cara yang halal dan baik. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an; "Wahai manusia, makanlah apa yang ada di bumi dengan cara yang sah dan baik"(QS Al-Baqarah,2:268).

Oleh karena itu seorang muslim mencari kenikmatan dengan mematuhi perintah-Nya serta memenuhi kebutuhannya dan mencari kepuasan dengan apa yang sudah dianugerahkan oleh Allah SWT. Konsumsi tidak dikutuk dalam Islam selama tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik dan merusak. Allah berfirman dalam Al-Qur'an.

"Katakanlah, siapakah yang melarang (anugerah-anugerah Allah) yang indah, yang Dia ciptakan untuk hamba-hamba-Nya dan barang-barang yang bersih dan suci (yang Dia sediakan)?" (QS. Al-Maidah,7:32).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun