Mohon tunggu...
Vita Prihatiningrum
Vita Prihatiningrum Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Seorang observer amatir yang memiliki hobi membaca novel dan menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seputar Kenangan Optimisme dan Rancangan Optimisme

13 Desember 2020   12:53 Diperbarui: 13 Desember 2020   13:05 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awal April 2020:

Menjadi pribadi fleksibel bagi tiap individu bangsa Indonesia ialah sebuah sumber energi khusus bangsa di tengah pandemi corona ini. Pribadi fleksibel cenderung adaptif terhadap segala situasi yang ada sehingga akan memunculkan pribadi-pribadi cerdas yang tetap akan bisa bertahan dalam segala kondisi, pribadi-pribadi tersebut akan lebih tangguh lagi jika bersatu dalam kepaduan tujuan. 

Layaknya sapu lidi, jika masing-masing lidi dalam satu ikatan sapu memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi maka ketika mereka diikat menjadi sebuah sapu lidi mereka akan lebih mudah untuk menghempas segala bentuk kotoran yang ada di sekitarnya, dengan hempasan kekuatan tentunya sebab sapu lidi sebagai kumpulan dari banyak lidi cenderung lebih kokoh jika dibandingkan dengan satu lidi saja.

Di samping itu saat kondisi pandemi seperti ini pemerintah sebagai pemegang kendali utama Negara Indonesia harus mampu menentukan prioritas dalam menjalankan perang melawan covid-19 agar energi yang kita miliki dapat terkelola dan terkendali, sehingga kita memiliki kekuatan yang cukup untuk berperang tanpa membuang energi dengan sia-sia. 

Bentuklah alur kebutuhan prioritas! Perkuat sektor pangan sebagai bagian pemeliharaan terhadap hajat utama bangsa! Sama halnya dengan perang-perang besar lainnya, hal utama yang harus dipersiapkan oleh panglima perang sebelum perang ialah perbekalan makanan yang cukup karena kebutuhan pangan harus tetap dipenuhi semua manusia dalam kondisi apapun, termasuk ketika banyak manusia terbengkalai akibat “PHK dan dirumahkan”. 

Jika ditilik dari kajian ushul fiqih tentang maqashid al syariah dalam ekonomi syariah kebutuhan pangan tergolong kebutuhan dharuriyat yang artinya jika tidak dipenuhi dengan baik maka dapat berakibat kematian. Namun dalam hal ini maksud memperkuat sektor pangan cukup luas cakupannya, berkaitan erat dengan mempertahankan daya beli masyarakat dalam lingkup sektor pangan bukan hanya berkaitan dengan kemampuan menyediakan kebutuhan pangan.

Sebagai bangsa yang besar, di tengah kondisi dunia yang mulai tidak menentu ini alangkah lebih baik jika kita mampu untuk berusaha sedikit lebih mandiri sebab Negara yang telah lama kita gantungi kini juga tengah menghadapi serangan musuh, bahkan lebih brutal dari apa yang kita alami. 

Layaknya pertempuran nyata dengan manusia, sebagai anggota perang kita harus ikut andil dalam proses penyerbuan lawan termasuk menjalankan penjagaan terhadap stamina diri sendiri agar bisa ikut menusuk lawan dengan pedang. 

Bukan hanya dilanda rasa takut dan berlindung di belakang kawan yang sedang berusaha menusuk-nusuk lawan. Karena nanti jika kawan yang kita tebengi tersebut mati tertusuk, bisa-bisa kita juga akan ikut tertusuk melalui resesi. Lebih baik untuk berdiri dikaki sendiri dulu daripada terus bergantung pada orang lain. Ingat, bahwa berdiri sendiri bisa membentuk diri menjadi diri yang lebih kuat dan lebih tahan banting.

***

Pertengahan Desember 2020:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun