Mohon tunggu...
Visya Al Biruni
Visya Al Biruni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - A mom who passionates in minimalist lifestyle, writing, and reading.

Parenting & Minimalist Mom Blogger. Mompreneur. Mom Learner.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mau Dibawa ke Mana Limbah Maskermu?

24 Oktober 2021   14:42 Diperbarui: 24 Oktober 2021   16:41 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen pribadi (editing with Canva)

Ketika pandemi di Indonesia mulai "diumumkan" pada bulan Maret 2020, tatanan hidup mulai berubah! Orang berbondong-bondong melakukan panic buying, mulai dari kebutuhan utama sampai ke kebutuhan tambahan. Termasuk juga masker, sampai kejadian mengenakkan terjadi.

Salah seorang adik dari teman saya membeli satu kotak masker di sebuah apotik di Yogyakarta seharga Rp330,000. Bukan soal harganya, karena memang saat itu harga masker menjadi gila-gilaan. Tak disangka, ketika dibuka tampilan masker sepeti masker bekas!

Iya, ternyata yang dijual oleh produsen, yang tidak disebutkan namanya, adalah masker sekali pakai bekas! Siapa sih yang mau pakai masker bekas?

masker medis bebas yang disalahgunakansumber: Twitter @anelies_syarief
masker medis bebas yang disalahgunakansumber: Twitter @anelies_syarief

Ya, pandemi membuat produksi masker sekali pakai meningkat tajam. Terlebih di fase anjuran memakai double mask. Menurut The Independent per Maret 2021, saat ini diperkirakan manusia sekarang menggunakan 129 miliar masker sekali pakai setiap bulan di seluruh dunia. Hal ini berarti berarti penggunaan rata-rata masker sekali pakai sekitar 2,8 juta masker per menit. Demikian juga yang dipublikasikan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering. Oh ya untuk selanjutnya di konten ini kita sebut limbah masker sekali pakai dengan akronim limbah masker saja ya. 

Fenomena penyalahgunaan limbah masker sangat mungkin terjadi, terlebih di masa pandemi. Penyebab utamanya adalah perilaku masyarakat yang mebuang masker secara sembarangan. Oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab akan memungut kembali masker bekas yang masih utuh tersebut lalu menjualnya kembali. Beruntung jika pembeli masih bisa jeli membedakan penampilan masker, jika tidak Terlebih jika penjual sudah sangat lihat mengemasnya.

Coba lihat tempat pembuangan atau bahkan tempat-tempat umum lainnya, dengan mudahnya dijumpai masker yang dibuang begitu saja. Entah apakah bekas orang sehat atau bekas orang sakit yang infeksius. Padahal menurut data dari OceansAsia, Statista  butuh waktu hingga 45o tahun untuk masker sekali pakai terurai di alam!

Kalau saja si masker bisa bicara, dia mungkin bakal bilang "Begini amat nasib gue yak". Masker berfungsi melindungi pemakainya dari virus yang hendak masuk ke tubuh manusia khususnya melalui lubang hidung atau lubang mulut. Setelah dipakai, kemudian "disiak-siakan" dengan membuangnya secara sembarangan dan cara tidak bijak lainnya.  Tak hanya di daratan, limbah masker sekali pakai pun dijumpai juga di perairan dan lautan. Berawal dibuang di daratan, bisa nyasar ke lautan! Atau juga sebaliknya.

Menurut Pedoman Pengelolaan Limbah Masker Masyarakat dari Kemenkes,  masker bekas pakai yang digunakan oleh masyarakat secara umum bukanlah limbah medis seperti yang diproduksi di fasilitas layanan kesehatan  (fasyankes). Limbah Masker tersebut tergolong limbah domestik sesuai UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Hasil Survei Mini Tentang Penggunaan Masker & Limbah Masker

Lebih lanjut soal masker bekas sekali pakai, saya mencoba melakukan survei kecil-kecilan tentang penggunaan, pembuangan maupun pengelolaan masker bekas sekali pakai di lingkup rumah tangga. Survei saya lakukan melalui Instagram story @visyabiru_ pada hari Rabu - Kamis, 21 - 22 Oktober 2021. Dari survei tersebut, didapatkan data sebagai berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun