Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah Ironis dari Para Perempuan Leher Panjang Suku Kayan

6 Maret 2020   12:59 Diperbarui: 7 Maret 2020   20:11 7703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dapat dibayangkan ketidaknyamanan yang diakibatkan dari pemakaian cincin tersebut. Tidak dapat menundukan kepala, membuat mereka harus minum dari sedotan. Logam yang dipakai akan terasa panas bila cuaca sedang panas, dan hal ini dapat menyebabkan radang pada kulit.

Selain tidak nyaman, pemakaian ini juga membahayakan kesehatan mereka. Rasa sakit akibat pemakaian cincin tersebut membuat mereka banyak yang mengunyah buah pinang, yang dipercaya dapat mengurangi rasa sakit. Padahal buah ini mempunyai sifat adiktif.

Selain itu pemakaian cincin, membuat otot leher mengalami atrofi (otot mengalami penurunan fungsi dan massa) sehingga menjadi lemah. Dan seperti kita lihat dari hasil X-ray di atas, pemakaian cincin itu juga menyebabkan terjadinya deformasi tulang. Juga pemakaian cincin tersebut berdampak pada pita suara mereka, dimana suara menjadi lebih dalam dan "bergema".

Melihat dampak yang ditimbulkannya, timbul pertanyaan mengapa mereka melakukannya. Penyebab awal pemakaian cincin di leher ini mempunyai beberapa teori. Untuk melindungi dari serangan macan salah satunya. Ada juga yang berteori, pemakaian cincin ini untuk melindungi perempuan suku ini dari praktek jual-beli budak, karena pemakainya akan dianggap kurang menarik.

Tetapi juga ada teori yang sebaliknya, bahwa pemakaian cincin ini berhubungan dengan kecantikan perempuan. Dan mengapa mereka masih melakukannya di zaman sekarang? ini adalah pertanyaan yang jawabannya akan menyentuh rasa kemanusiaan kita. 

Para suku Kayan yang lari dari Myanmar akibat perang pada tahun 1949, diterima oleh pemerintah Thailand dengan status sebagai pengungsi. Pada tahun-tahun berikutnya, aliran suku ini ke Thailand tetap berlangsung, dikarenakan berbagai sebab, seperti situasi politik yang tidak menentu, yang ujung-ujungnya juga berakibat pada aspek sosial dan ekonomi.

Kondisi ini mengakibatkan suku-suku ini tidak lagi diterima dengan status pengungsi, tetapi sebagai "economic migrant". Status yang berbeda ini mengakibatkan perbedaan hak dan fasilitas yang mereka dapat. Pengungsi, pindah karena terpaksa. Harus pindah karena situasi negara asal yang tidak aman dan membahayakan keselamatan mereka.

Karenanya pengungsi di suatu negara mempunyai akses ke layanan sosial masyarakat, akan berintegrasi di negara baru mereka dan tidak dapat dideportasi. Sedangkan "economic migrant", pindah karena ingin meningkatkan kualitas hidup mereka. Karenanya mereka akan tunduk dengan peraturan imigrasi dan dapat dideportasi.

Pengaruh agama Kristen dapat terlihat dari keberadaan gereja di perkampungan Baan Tong Luang
Pengaruh agama Kristen dapat terlihat dari keberadaan gereja di perkampungan Baan Tong Luang
Suku Kayan yang datang ke Thailand, ditempatkan di lokasi yang dibuat khusus untuk mereka. Banyak dari suku ini yang tidak diperkenankan meninggalkan permukiman tanpa kartu identitas Thai, dan status mereka yang tidak "kuat", membuat mereka tidak bisa mendaftar untuk mendapatkannya.

Tanpa status kewarganegaraan yang jelas, mereka memiliki keterbatasan terhadap akses pendidikan, kesehatan, dan fasilitas lain yang umumnya diterima oleh seorang warga negara. Sekolah lokal hanya memberikan pendidikan sampai kelas 6. 

Keunikan suku Kayan ini membuat banyak orang (turis) datang berkunjung dan kampung mereka menjadi "tempat wisata". Pengunjung membayar tiket (untuk Baan Tong Luang, tiketnya seharga 500 baht / Rp225.000,-). Sayangnya, uang tiket ini tidak sepenuhnya mencapai mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun