Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banyak Fanta di Altar Thailand, Ini Alasannya

21 Februari 2020   12:58 Diperbarui: 21 Februari 2020   16:36 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain menyediakan "rumah" bagi para roh, adalah penting untuk juga menyediakan kebutuhan yang biasanya mereka sukai saat masih hidup, seperti makanan dan minuman kesukaan (jadi tak heran bila sajiannya beragam, mulai dari buah-buahan, cemilan sampai menu nasi lengkap dengan lauk pauknya) demikian pula demikian dengan minuman, mulai dari air putih, minuman soda, susu sampai bubble tea. 

Penyajian ini kadang dilengkapi dengan perlengkapan makan sendok dan garpu. Pokoknya seperti menyiapkan sajian untuk makan seperti umumnya. Selain makanan, juga mereka memberikan untaian bunga. dan dupa. "Kebutuhan" ini akan disediakan setiap hari, untuk memastikan roh penjaga berkecukupan dan bahagia, yang ujung-ujungnya diharapkan akan memberikan perlindungan dan keberuntungan bagi penghuni bangunan.

Ragam Sesajen | Sumber: ThaiWorldView.com
Ragam Sesajen | Sumber: ThaiWorldView.com
 Thailand mayoritas beragama Budha. Namun karena kepercayaan sebelumnya yang animisme, membuat praktek-praktek animisme bercampur dengan agama Budha dan masih dilakukan hingga sekarang. Animisme percaya bahwa segala sesuatu memiliki roh atau jiwa, termasuk binatang, tumbuhan, gunung, bintang, bulan, dan matahari. 

Roh dipercaya dapat membantu (dan juga) membahayakan manusia. Karenanya, roh harus disembah atau ditenangkan, yaitu dengan cara memberikan korban, doa, tarian, atau lainnya kepada roh-roh ini. Penggunaan altar dan pemberian sajen adalah salah satu contohnya. 

Kembali ke judul tulisan mengapa banyak Fanta di Altar, kita perlu mengetahui bahwa dalam kebudayaan Thai, darah berarti hidup. Darah juga dipercaya akan memberikan kemakmuran dan menyuburkan tanah. 

Dahulu, orang Thailand mempunyai tradisi mengorbankan hewan sebagai hadiah untuk para dewa. Hingga suatu saat tradisi ini dilarang oleh Raja Rama I. Karenanya orang  Thai mencoba berbagai cara untuk menggantikan darah. 

Fanta stroberi (atau juga minuman lain) yang berwarna merah merupakan salah satu solusi yang digunakan jaman sekarang ini sebagai pengganti darah. Warna merah Fanta menjadi simbol dari warna merah darah hewan korban.  

Terlepas dari masalah keagamaan, altar Thailand ini menarik. Ia menjadi bukti nyata pentingnya penggunaan simbol dalam kehidupan manusia, dalam hal ini khususnya pada aspek religius. Simbol yang hanya dapat ditemukan pada spesies manusia, mempunyai peran penting dalam menjembatani kompleksitas hubungan dan komunikasi manusia dengan yang "ilahi". 

Simbol digunakan dimana-mana dan dalam berbagai bentuk. Dapat berupa benda, misal cincin yang dipakai sebagai lambang ikatan pernikahan. Dapat berupa ide/konsep, seperti penggunaan warna sebagai simbol, dimana putih umumnya melambangkan kemurnian, hitam melambangkan hal jahat. Dapat juga berupa gerakan/sikap, seperti tangan yang ditangkup saat berdoa melambangkan terima kasih, permintaan atau rasa hormat.

Di altar Thailand, kita dapat melihat penggunaan simbol secara ekstensif. Pemberian makanan dan minuman sebagai tanda terima kasih kepada roh yang sudah memberikan rejeki dan perlindungan. Meletakkan untaian bunga di altar, dimaksudkan sebagai tanda hormat. Menyalakan dupa saat berdoa, karena asapnya diyakini menjadi penghantar doa ke para roh. 

Juga kebiasaan berdoa di altar ketika menginap di rumah orang lain, selain untuk meminta perlindungan (dan mimpi indah), tindakan ini juga merupakan simbol untuk menyapa para roh dan memperkenalkan diri sebagai tamu tempat tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun