Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Makan ala Padang di Myanmar

20 September 2019   10:58 Diperbarui: 20 September 2019   19:32 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagoda di Bagan. Sumber: Dokpri

Myanmar atau Burma? Dulunya negara ini disebut Burma. Namun pada tahun 1989, Junta Militer mengganti nama Burma menjadi Myanmar. Hal ini dikarenakan nama Burma seperti hanya menggambarkan etnis Burma. Alasan lain penggantian nama ini juga untuk menghilangkan jejak kolonial Inggris. 

Sebetulnya tak hanya nama negara yang diganti. Junta Militer juga mengganti beberapa nama kota. Seperti Ibu Kota Rangoon menjadi Yangon atau kota Ayeyarwady menjadi Irrawaddy. Sehingga bisa disimpulkan nama resmi negara ini adalah Myanmar. Walaupun demikian, hingga sekarang, orang masih sering menyebut, baik dengan nama Myanmar atau Burma.

Negara ini memiliki berbagai atribut yang menarik untuk dikunjungi. Seperti Ibu Kota Yangon yang memiliki Shwedagon Pagoda. Terkenal akan kemegahannya. Dilapis emas dan dihias dengan 4531 berlian. Juga yang paling utama adalah karena di dalamnya terdapat 8 helai rambut Buddha. Atau kota Mandalay yang terkenal akan jembatan U Bein. 

Jembatan yang dibangun tahun 1850 dengan panjang 1,2 Km disebut sebagai jembatan kayu jati tertua dan terpanjang di dunia. Juga tak lupa Kota Bagan. Kota seribu Pagoda. 

Kota incaran para fotografer. Saat matahari terbit atau terbenam, cahayanya akan membuat siluet pagoda dengan latar belakang langit kuning, jingga, lembayung yang berbaur dengan indahnya. 

Tentunya bila berkunjung ke suatu tempat, tak lengkap bila hanya untuk melihat tempat-tempat indah atau bersejarah. Mencoba menyelami budaya setempat tentunya akan memperkaya pengalaman kita. Mencicipi kuliner setempat merupakan salah satu cara untuk mengenal lebih jauh budaya setempat. Cara yang ibarat kata, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Walaupun belum seterkenal negara tetangganya, seperti Thailand, India dan Cina, makanan Myanmar sebetulnya enak dan unik. Ciri makanan Myanmar adalah pada banyaknya penggunaan ikan dan olahannya. Ikan digunakan di berbagai jenis masakan. Sebut saja Mohinga, yaitu mie didalam sup ikan. Atau masakan kari yang menggunakan ikan. 

Tak lupa juga Ngapi, yaitu ikan (atau udang) yang difermentasi. Makanan Myanmar juga mendapat banyak pengaruh dari negara tetangganya, terutama dari India, Cina dan Thailand. Sehingga di sini dapat dijumpai kari dan penggunaan ragam rempah layaknya makanan India, atau juga penggunaan mie, tahu dan cara tumisan ala Cina. 

Sedangkan pengaruh dari Thailand dapat dijumpai pada camilan yang berasal dari serangga. Tentunya penggaruh dari negara tetangga, diadaptasi dengan cita rasa dan juga sumber daya setempat. Adaptasi ini malah menghasilkan rasa yang unik. Seperti kari di Myanmar tidak "sekuat" kari India, karena penggunaan jenis rempah yang tidak sebanyak India.

Restoran siap saji di Myanmar. Sumber: Dokpri
Restoran siap saji di Myanmar. Sumber: Dokpri
Memasuki rumah makan siap saji (makanan sudah tersedia, tidak perlu menunggu untuk dimasak terlebih dahulu) di Myanmar, saya seperti merasa masuk ke rumah makan padang. Makanan ditata di etalase. Ditaruh dalam mangkok atau piring besar. Jenisnya sangat beragam. Kita tinggal memilih apa yang hendak disantap. Setelah itu, kita bisa langsung menuju meja makan. Makanan yang kita pilih akan diantar ke meja. 

Setiap jenis makanan yang dipilih, akan disajikan dalam piring-piring kecil. Tidak dicampur jadi satu dalam satu piring. Yang membedakan dengan rumah makan Padang, adalah pada cara pengantarannya. 

Bila di rumah makan Padang, piring-piring dibawa sekaligus dengan ditumpuk-tumpuk, di Myanmar pengantaran makanannya belum "secanggih" itu. Masih menggunakan cara "normal", yang menggunakan nampan. 

Kemiripan lainnya adalah pada cara makannya. Cara makannya mengingatkan akan makan di rumah makan Padang. Pakai tangan. Bukan pakai sendok garpu, walaupun kita juga bisa meminta bila ingin menggunakannya. Bedanya, bila di rumah makan Padang disediakan mangkok air untuk cuci tangan, di Myanmar, orang akan mencuci tangan di wastafel yang disediakan restoran.

Karena umumnya makan siang ala Myanmar terdiri atas berbagai macam makanan, di mana pastinya akan ada nasi atau mie, sebagai makanan utama, disertai dengan kari ikan atau daging, juga tak lupa sup sayur dan salad serta pelengkap seperti ngapi atau asinan buah-buahan, maka bisa dibayangkan akan ada banyak piring-piring kecil di meja makan. Sehingga bila melihat penampilan meja makan di restoran Myanmar, tak beda dengan meja makan rumah makan Padang.

Kemiripan ini masih ditambah lagi dengan adanya menu kari di setiap tempat makan Myanmar. Mengingatkan akan gulai bila di rumah makan padang.  

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri
Walaupun secara penampilan dan penyajian, mengingatkan akan makanan Padang, namun dari segi rasa, berbeda. Penggunaan rempah dan juga adanya pengaruh dari kuliner Thailand dan Cina, membuat cita rasa makanan Myanmar seperti sudah "kenal" dan biasa, sehingga cocok dan rasanya nikmat bagi saya. 

Ada beberapa jenis makanan yang khas Myanmar dan rasanya sayang kalau sampai tidak sempat mencobanya.

Pertama adalah Mohinga. Rasanya tak mungkin membahas makanan Myanmar bila tidak mengikutkannya. Disebut sebagai makanan nasional Myanmar. Makanan ini terdiri atas bihun (karena dibuat dari tepung beras) tapi bentuknya lebih seperti mie yang disajikan dalam sup ikan. Sup dibumbui dengan serai, jahe dan kecap ikan, dilengkapi dengan taburan bawang putih, daun bawang dan jeruk nipis. 

Mohinga adalah hidangan sarapan favorit. Walaupun demikian ia juga bisa dimakan setiap saat. Mengingatkan saya akan mie ayam. Yang juga bisa dimakan kapan saja, mulai untuk sarapan, sampai makan malam. 

Bahkan bisa jadi "cemilan". Mohinga bisa dijumpai di mana saja, mulai dari restoran sampai warung-warung pinggir jalan. Persis seperti mie ayam, yang bisa kita jumpai dari restoran sampai dengan mie ayam di gerobak.

Makanan khas berikutnya adalah Ngapi. Bila Mohinga mengingatkan akan mie ayam, Ngapi ini mengingatkan akan terasi. Terbuat dari ikan atau udang yang difermentasi. Seperti halnya terasi, Ngapi ini jenis makanan serba guna. Digunakan di berbagai masakan. Bisa digunakan dalam sop, salad, sebagai cocolan, juga sebagai bumbu yang dimasak bersama dengan bahan lainnya.

Sedemikian digunakannya Ngapi, sampai ada yang mendeskripsikan, bila Myanmar adalah aroma, maka aromanya adalah Ngapi. Harumnya (atau baunya, untuk sebagian orang) ikan dan udang yang difermentasi ini akan setia menemani kita bila berjalan kaki menyusuri jalan-jalan di Myanmar, karena hampir di setiap sudut kota, akan ada pedagang yang menjual Ngapi. 

Makanan terakhir yang saya akan bahas adalah salad daun teh. Bila biasanya kita mengenal teh hanya untuk minuman, nah di Myanmar daun teh juga dimakan. Salad daun teh ini dikenal dengan sebutan Lahpek Thoke. Daun teh difermentasi, dan kemudian disajikan dengan campuran berbagai jenis kacang, serpihan cabai, kemudian ditaburi biji wijen dan udang kering. Enak sekali.

Ada juga versi yang mencampur daun teh dengan irisan kol, tomat dan tak lupa kacang-kacangan. Walaupun istilahnya salad, namun makanan ini juga bisa menjadi cemilan.

Layaknya cemilan, Lahpek Thoke ini banyak dijual dalam kemasan plastik. Bila ke Myanmar, ini adalah salah satu oleh-oleh yang akan selalu saya beli. Di samping rasanya yang unik, makanan ini juga mempunyai keunikan lain. Yaitu digunakannya sebagai simbol perdamaian pada zaman Burma masih berbentuk kerajaan.

Makanan ini akan dibagikan, dan dimakan apabila segala pertikaian terselesaikan. Dengan memakan salad ini, berarti sepakat untuk menerima solusi atau keputusan yang ditentukan.

Jadi bila ke Myanmar, sempatkanlah mampir ke restoran "Padang"-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun