Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

"Fortune Cookie" Ternyata Bukan Tradisi Cina

16 Agustus 2019   08:00 Diperbarui: 16 Agustus 2019   20:50 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tempat ini ia dan keluarganya tinggal bertahun-tahun. Hingga ketika pecah perang dunia kedua, ia bersama dengan sekitar 120.000 orang Jepang-Amerika, dipaksa keluar dari rumah mereka dan pindah ke kamp-kamp. Ketika perang berakhir, keluarga Hagiwara tidak diizinkan untuk kembali ke rumah mereka. 

Fakta lain yang mendukung Jepang sebagai asal dari fortune cookie adalah diketemukannya kue yang mirip dengan fortune cookie pada abad ke 19 di Kyoto. Juga adanya tradisi omikuji di Jepang, yaitu "ramalan" yang ditulis di secarik kertas kecil, yang dapat dijumpai di kuil-kuil. 

Kertas-kertas ini ditaruh di dalam kotak, dan orang yang ingin mengetahui "peruntungan" mereka akan mengambil omikuji secara acak, dan menafsirkan peruntungan mereka dari apa yang ditulis di kertas. 

Bentuk "ramalan" di kertas kecil ini sama seperti yang dipakai untuk disisipkan di fortune cookie. Kue jenis ini disebut tsujiura senbei dan masih dapat dijumpai di beberapa daerah di Jepang. 

Fortune cookie versi Jepang ini sebetulnya sedikit berbeda dari yang kita kenal sekarang. Bentuknya lebih besar dan rasanya bukan manis, tapi asin dan juga menggunakan minyak wijen dan miso sebagai rasa. Adalah Hagiwara yang meminta Benkyodo, bakery di San Fransisco, untuk membuatnya manis dengan rasa vanilla agar lebih cocok dengan lidah orang Amerika.

Kenapa kemudian fortune cookie malah lebih diasosiasikan dengan Cina, salah satu teori adalah karena Perang Dunia kedua, dimana hubungan Amerika dan Jepang yang memburuk.

Banyak orang Jepang Amerika yang ditawan dan dimasukkan ke kamp-kamp pengasingan, termasuk diantaranya yang memproduksi fortune cookie. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi produsen cina di Amerika.

Ditambah pula untuk membuat kue ini tidaklah sulit. Bahannya mudah didapat dan hanya memerlukan empat bahan, yaitu tepung, gula, minyak dan vanilla. Proses pembuatannya pun relatif mudah, tidak memerlukan mesin, cukup dengan tangan dan menggunakan sumpit untuk membentuknya.

Penemuan mesin pembuat fortune cookie pada tahun 1964, memungkinkan kue ini diproduksi masal dan harganya pun menjadi lebih terjangkau, sehingga banyak restoran cina yang menggunakannya sebagai hidangan penutup. 

Hal ini pulalah yang kemudian membuat orang banyak mengasosiasikan fortune cookie dengan Cina. Uniknya, fortune cookie yang dihidangkan sebagai makanan penutup di restoran-restoran cina di Amerika dan beberapa negara lainnya, namun justru tidak menjadi tradisi di Cina. 

Bahkan produsen fortune cookie terbesar di dunia, yang sanggup memproduksi 60 juta cookies per bulan, yaitu Wonton Food Inc. pun berada di Amerika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun