Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Peran Komunitas Yahudi dalam Birunya Kota Chefchaouen

7 Juni 2019   08:28 Diperbarui: 7 Juni 2019   16:28 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini menjadikan Maroko sebagai Negara  Muslim dengan komunitas Yahudi terbesar di dunia. Walaupun sekarang hanya tersisa sekitar 2000 jiwa, yang kebanyakan bermukim di Casablanca, namun kita bisa meihat jejak-jejak Yahudi di beberapa kota Maroko, seperti di Fes, Marrakech dan Chefchaoeun. Maroko bahkan menjadi satu-satunya Negara arab yang memiliki museum Yahudi, yang berlokasi di Casablanca.

Para pengungsi Yahudi di Maroko mendirikan pemukimannya sendiri yang disebut "mellah". Istilah mellah pertama kali digunakan di Fes, salah satu kota pertama di Maroko yang didiami Yahudi. Pada sekitar abad ke-8 banyak bangsa Yahudi dari Andalusia datang ke Fes. 

Oleh Sultan di Fes, kaum Yahudi ini dipindahkan ke dalam area tersendiri, dan areanya disebut mellah. Mellah berarti garam, karena lokasi pemukiman tersebut berdekatan dengan sumber garam. 

Pemindahan ini dimaksudkan untuk melindungi kaum Yahudi dalam melakukan aktivitas keagamaannya. Istilah mellah ini kemudian dipakai untuk menyebut pemukiman-pemukiman Yahudi di kota-kota lain di Maroko.  

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri

Kembali ke Chefchaoeun. Chefchaoeun didirikan pada tahun 1471 oleh Mulay Ali Ibn Rached, sebagai benteng pertahanan terhadap serangan portugis. Kemudian berkembang dengan kedatangan pengungsi Yahudi dari Spanyol pada sekitar abad ke-15. 

Seperti halnya di Fes, di sini pun mereka mendirikan mellah. Bangunan-bangunan di dalam mellah, dicat warna biru. Hal ini sesuai dengan kepercayaan orang Yahudi, bahwa warna biru memiliki arti tersendiri. 

Warna biru menjadi lambang keilahian, karena biru adalah warna langit dan laut. Dalam kitab orang Yahudi tertulis bahwa orang Yahudi diminta untuk mewarnai benang di rumbai "tallit" (selendang yang dipakai untuk berdoa) dengan warna biru. Warna biru didapat dari siput laut. 

Mengingat pentingnya warna biru, yang bahkan disebut secara khusus dalam kitab mereka, terdapat tradisi di bangsa Yahudi untuk mengunakan warna biru dalam berbagai hal, diantaranya kain, khususnya yang dipakai untuk berdoa dan juga digunakan untuk mencat bangunan. Bahkan bendera mereka pun berwarna biru dan putih.

Sebelum kedatangan bangsa Yahudi, bangunan-bangunan di Chefchaoeun dicat dengan warna putih. Selain kedatangan pertama pengungsi Yahudi pada abad ke-15, kembali terjadi gelombang kedatangan bangsa Yahudi yang cukup banyak, pada masa perang dunia kedua. 

Dimana banyak bangsa Yahudi yang lari dari Eropa untuk menyelamatkan diri. Karenanya tradisi mewarnai bangunan dengan biru di Chefchaoeun terus berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun