Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Destinasi Wisata itu Milik Siapa?

7 Agustus 2022   16:26 Diperbarui: 8 Agustus 2022   16:35 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Gili  (foto : Herwin Prabawananda)

Karena apa ? produk pariwisata yang utama adalah layanan keramahtamaan.

Pelatihan juga bukan yang berbayar, karena akan lebih membebankan masyarakat lagi, tetapi berupa penyuluhan dengan tetap kembali pada ciri khas adat istiadat, budaya dan kebiasan masyarakat sekitar.

Pernakah ada pelatihan tidak dilakukan di ruang pertemuan nyaman, kenapa pelatihan tidak dilakukan di destinasi wisata sehingga sang pemberi pelatihan bisa melihat segalanya secara langsung serta dari kacamata masyarakat sekitar ?

Para pihak langsung yang lainnya dan pihak pihak tidak langsung juga memiliki suara, tetapi ini bukan masalah pada siapa yang memiliki suara terbanyak, ini bukan masalah voting.

Ini masalah pengelolaan properti seluruh masyarakat Indonesia sebagai penghuni bumi Nusantara (NKRI) yang penggunaannya atau pengembangannya seharusnya memberikan kontribusi pada perekonomian baik lokal, daerah dan nasional, jadi tidak hanya perekonomian satu dan pihak tertentu lainnya.

Sehingga keputusan akhirnya seharusnya merupakan kesepakatan bersama serta yang dapat memberikan manfaat bersama pula.

Tetapi apa yang kita terkadang lihat pada perkembangannya adalah dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada , dari sesuatu yang tidak layak menjadi layak, jika menyulap dari tidak ada menjadi ada mungkin bisa membawa manfaat bersama namun.apakah juga berlaku pada yang sebelumnya (atau seharusnya) tidak layak menjadi layak.

Memang dalam segala hal kita tidak selamanya mencapai kesepakatan bersama dalam artian 100% didukung oleh semua pihak, namun tidak seharusnya pula rencana tetap dijalankan tanpa mengakomodasi pihak pihak lainnya baik langsung maupun tidak langsung terlebih dahulu dan tuntas.

Jika hal ini terjadi, pengakuan adanya kurangnya sosialisasi sudah terlambat dan tidak ada yang dapat dilakukan lagi untuk merubah ataupun menghentikan pengembangannya.

Dan pada akhirnya semua akan selalu kembali lagi pada akar rumput yang selalu menjadi penonton atau pemain yang duduk di kursi cadangan bukan sebagai pemain atau pelaku utama.

Jika hal ini diilustrasikan dalam sepak bola dan lapangan menjadi destinasi wisata, justru pemain yang seharusnya dilapangan malah duduk di kursi cadangan, sedangkan yang di lapangan adalah sang pelatih dan manajer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun