Mohon tunggu...
Mauraqsha
Mauraqsha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Staff Biasa di Aviasi.com

Penggemar Aviasi namun terjun di Pariwisata, berlayar pilihan pertama untuk liburan, homestay dan farmstay piihan pertama untuk penginapan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reaksi Pertama Saat Gempa: Keluar dan Jauhi Bangunan

19 Januari 2022   04:29 Diperbarui: 19 Januari 2022   06:32 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan di Gili setelah gempa (dokpri)

Gempa memang menakutkan terlebih bila kita mengalami sendiri dengan berada di dekat pusat gempa, sebuah pengalaman yang menakutkan dan membuat kita berpikir betapa rapuhnya kita ini ketika bumi mengamuk.


Penulis mengalami gempa di Lombok pada tanggal 5 Agustus 2018 karena memang penulis tinggal disana ketika itu, walau tiba di Bumi ini di Jakarta namun setiap penulis terbang dari Jakarta ke Lombok merupakan pulang kampung.

Pada malam 5 Agustus 2018 penulis sedang bermain HP di ruko di bilangan Pejanggik di pusat kota Mataram, tidak jauh dari Mall Mataram, dimulai dari getaran kecil yang dalam sekejap menjadi keras dan secara spontan,penulis berlari keluar dan meninggalkan semua barang termasuk HP dan laptop.


Sudah banyak orang keluar dari rumahnya masing masing dan berdiri di jalan raya,penulis bergabung dengan mereka dengan berdekatan, getaran tanah saat gempa atau tremor masih terasa dan semakin besar.

Aspal  jalanan terasa seperti ombak di laut, bergoyang seperti terasa ingin jatuh dan runtuh aspal jalanan, penulis berpegang tangan dengan orang orang di jalanan, lampu langsung padam sehingga menambah keadaan menjadi lebih mencekam.


Orang-orang menghentikan semua mobil yang melintas dan memberitahu bahwa  sedang ada gempa, mungkin tidak terasa dimobil, ketika itu pula semua mobil berhenti di tengah jalan dan begitu pula yang berada di dalam mobil.


Setelah getaran berhenti barulah penulis melihat orang orang yang saling berpegangan tangan dan bahkan ada yang memeluk, mulai dari ABG, ibu rumah tangga hingga nenek nenek, namun di tengah keadaan yang masih panik itu, penulis melihat seseorang pemilik supermarket justru  berada di dalam ruangan supermarket untuk mengambil barang dagangan yang pada berjatuhan di lantai.

Pada beberapa waktu setelah gempa di Aceh, penulis bekerja di sebuah NGO atau Non Govenmental Organization di mana satu hal yang penulis dapatkan dari mereka yaitu saat terjadi gempa, berlari ke luar dan menjauhi bangunan, hal tersebut  tidak hanya menjadi sesuatu yang spontan dilakukan penulis namun juga sudah terpatri dalam pikiran, selamatkan jiwa dulu.


Barang kita kalau tertimbun ada yang bisa  masih utuh tapi bila badan kita tertimpa beton maka nyawa bisa  hilang dan tak bisa tergantikan, itulah kata-kata yang selalu teringat dari para brother penulis di NGO di Aceh ketika itu.


Tidak hanya dalam perkataan, setiap kita melakukan simulasi gempa di kantor, para senior pun selalu mengingatkan bahwa anggaplah keadaan seperti keadaan sebenarnya bahwa sedang terjadi gempa sehingga kita semua selalu menjalani simulasi seperti keadaan sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun