Jakarta – Tren thrifting atau belanja pakaian bekas kini semakin digandrungi oleh anak muda, khususnya di wilayah Jakarta. Salah satu destinasi yang tengah naik daun adalah Blok M Square. Terletak di kawasan strategis Jakarta Selatan, Blok M Square menjadi surga bagi para pencinta fashion unik dan ramah kantong. Mereka tak hanya mencari pakaian bekas berkualitas, namun juga berburu pengalaman dan membangun komunitas di tengah gemuruh kehidupan urban.
Setiap akhir pekan, Blok M Square tak pernah sepi oleh hiruk-pikuk pengunjung. Suasana semakin hidup oleh deretan lapak yang memajang koleksi pakaian dari berbagai negara, seperti Jepang, Korea, hingga Amerika Serikat. “Pilihan di sini bervariasi, mulai jaket kulit, kemeja flanel, rok denim, sampai celana cargo. Barang-barang ini banyak dicari mahasiswa dan anak muda karena sedang tren lagi belakangan ini,” ungkap Ahmad, salah satu penjual pakaian thrift, pada Jumat (18/07/2025).
Harga pakaian di Blok M Square sangat bervariasi, mulai dari Rp20.000 untuk kaus berbahan katun hingga ratusan ribu rupiah untuk jaket atau koleksi langka keluaran tahun-tahun tertentu. “Harga baju di sini biasanya disesuaikan sama kondisi dan kelangkaan. Misalnya, kaus second hand mulai Rp20.000, kemeja dan celana mulai Rp35.000. Kalau seperti jaket kulit vintage, itu bisa sampai Rp200.000 atau lebih,” Jelas Ahmad.
Kini konsumen semakin selektif dalam memilih pakaian. “Orang-orang yang datang sekarang bukan cuma cari murah, tapi juga mencari yang gaya, unik, bahkan kadang nanya sejarah bajunya. Kalau ada baju keluaran ’90-an atau ‘80-an, pasti langsung diburu,” ujar Ahmad yang sudah berdagang di Blok M Square sejak 2017.
Proses seleksi produk dilakukan secara ketat. Barang yang datang dari pemasok diimpor dalam bal besar, kemudian dipilih, disortir, dan dicuci bersih sebelum dijual. “Kebersihan itu kunci. Kami pastikan semua pakaian layak pakai dan nyaman begitu sampai ke tangan pembeli,” tegas Ahmad. Penataan lapak yang rapi serta sirkulasi udara yang baik membuat suasana makin nyaman.
Bagi pengunjung seperti Afifah , seorang mahasiswi berusia 21 tahun, Blok M Square punya daya tarik lebih dibanding pusat perbelanjaan modern. “Barang thrift itu nggak pasaran, aku bisa lebih bebas bereksperimen dengan gaya sendiri. Harganya lebih terjangkau, apalagi buat mahasiswa. Yang penting juga, aku merasa ikut jaga lingkungan karena nggak menambah limbah tekstil,” ujar Afifah.
Bagi Afifah, pengalaman berbelanja thrift juga berarti berburu harta karun. “Kadang aku ketemu jaket denim keluaran Jepang yang sudah nggak ada di pasaran. Itu bikin sensasi belanjanya beda. Rasanya lebih puas,” imbuhnya Alfira pada saat ditanyakan pengalaman berbelanja.
Tren thrift di Blok M Square secara nyata menggerakkan roda ekonomi pelaku usaha kecil hingga menengah (UMKM). Banyak pedagang lokal yang memulai usaha dari lapak kecil, kini mampu berkembang berkat besarnya minat pengunjung. Selain secara offline, penjualan daring juga makin marak, memperluas pasar hingga ke luar kota.
Tren ini membawa dampak positif bagi lingkungan. Berdasarkan data lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan, limbah tekstil masih menjadi penyumbang besar dalam pencemaran kota metropolitan seperti Jakarta. Melalui thrifting, masa pakai pakaian menjadi lebih panjang, sehingga volume sampah tekstil pun berkurang.
“Saya senang Blok M Square jadi salah satu pelopor perubahan positif. Selain dapat penghasilan, kami juga turut berperan mengurangi sampah industri fashion,” tutur Ahmad.