Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nyanyian Hujan atau Orkestra Hujan?

18 Januari 2021   08:28 Diperbarui: 18 Januari 2021   15:50 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air sama, pada Januari di Indonesia turun Hujan di Rusia turun salju. Domen prbadi SZ.

Musim masih akan terus berlangsung sampai menjelang akhir bulan Maret mendatang, itu menurut teori yang selama ini kita dapatkan, karena di Indonesia hanya mengenal dua musim, Musim Panas dan Musik Hujan. 

Beda dengan negara-negara di belahan Bumi Utara dan Bumi Selatan, yang pada saat bersamaan di bulan ini, Januari, saat tulisan ini di buat, di belahan Utara dan belahan Selatan justru bertolak belakang. Yang Utara sedang dinging-dingnya, sedangkan yang di Selatan sedang panas-panasnya.

Nah di kita, Indonesia, sedang musim hujan, yang jika hujan turun di malam hari, membuat orang-orang pada males bangun pagi harinya, bawaannya ngantuk aja, lagi enak-enaknya tidur, karena di pagi hari awan masih menggantung, dan matahari malu-mau untuk muncul, kabut tipis menggantung di langit dan udara terasa dingin, ini bagi yang biasa di Indonesia, bagi yang di belahan Utara, Rusia, misalnya udara sekarang di Indonesia, bagi mereka belum ada apa-apanya, karena di sana saat puncak musim dingin bisa minus 30 C., itu yang di Moskow, lebih ke Utara atau Timur Laut lebih dasyat lagi dinginny a, bisa suhu minus 60 C, Heater atau pemanas ruanagn bisa tertutus es, membeku.

Hujan... ya hujan, hujannya sama, tapi manusia berbeda cara menghadapinya atau bereakasi terhadap hujan yang turun. Bagi pedagang es, mungkin, muncul sumpah serapah, "waduh ... hujan, gmn nih dagangan saya?" Mungkin sambil bersungut-sungut. Namun bagi tukang sop, bakso, bajigur, minuman jahe hangat akan tersenyum bahagia, karena  akan terbayang pelanggan akan datang segera.

Apa lagi buat pedagang gorengan tahu, cireng, singkong, tempe, molen dan sebagainya, gorengan akan menjadi santapan yang lezatnya bukan main, menemani ngopi, ngeteh atau minum bandrek susu, bisa-bsa mertua lewat tak ditoleh. Begitu juga ketika hujan gerimis hadir ke Bumi, hujan rintik-rintik ini menambah napsu makan atau sarapan pagi dengan ubi rebus, singkong rebus, pisang rebus dengan segelas bajigur di balkon atas, dengan pemangdangan luas di bawah, hijau rumput terlihat lebih indah dari biasanya.

Luar biasa, padahal hujan itu biasa saja, biasa dari siklus harian, ketika Matahari menyinari laut, danau, sungai, kolam, tambak dan lain sebagainya, naik uap air ke atas, bergumpal menjadi awan yang lebat dan kemudian turun menjadi hujan. Lebat atau tidaknya tergantung jenis-jenis awan yang menggantung  di atas langit sana, tapi hujannya tetap, air  turun dari langit yang kadang jumlahnya bisa mencapai jutaan meter kubik dan membasahi Bumi hingga bisa banjir.

Hujan itu biasa, tapi ketika diamati dengan seksama, hujan itu ternyata punya keindahan yang luar biasa, bayangkan air itu turun tak kira-kira, apa lagi bila dibarengi dengan petir, suara menggelegar dari geledek, kalau orang Betawi bilang, maka akan menjadi simponi angkasa yang luar biasa indahnya. Coba Anda dengarkan suara yang menggelar di langit saat hujan lebat, itu kalau menggunakan listrik, bisa jutaan watt yang dibutuhkan, bahkan lebih, karena bisa terdengar di seluruh penjuru Bumi.

Coba simponi okestra yang mana yang bisa mengeluarkan suara menggelagar yang begitu indah terdengar, yang terkadang bersahut-sahutan? Hujan yang dibarengi dengan cahaya dari kilat di kegelapan. 

Coba Anda nikmati hujan lebat itu, hujan besar itu, yang kadang juga dibarengi dengan angin, sehingga menjadi badai. Hujan badai, ini juga punya irama sendiri, yang seakan mewartakan, "Hai manusia, kau mau apa?" Siapa yang bisa melawan hujan bila datang dengan tiba-tiba dengan derasnya?

Akh... tu kan air biasa. Iya... hujan itu air biasa, namun bila datang serentak di seluruh penjuru Bumi, bisa-bisa akan muncul seperti banjir di jaman Nuh. Air yang kelihatannya lemah lembut, namun bisa menjadi bencana bagi manusia, dan bila sudah turun membahana di seluruh penjuru, bisa banjir, seperti yang sekarang terjadi Kalimantan Selatan. Jangan lupa dengan banjir lima tahunan di tahun 2012 dan 2017, yang "menenggelamkan" Jakarta, semoga tak terulang lagi.

Alaamdulillah, banjir di Jakarta sebagian udah teratasi dengan adanya BKT, Banjir Kanal Timur, yang sepanjang BKT tersebut dibuat jalan untuk yang suka gowes sampai ke Marunda, dari Selatan ke Utara, asik terutama di hari Libur, Sabtu atau Minggu, yang relative kendaraan lebih sedikit melintas di jalan BKT tersebut, disanding hari kerja.  Tapi karena masih jadi satu antara jalur sepeda dengan motor atau mobil, ya harus hati-hati yang gowes, bila tidak, bisa-bisa keserempet mobil.

Loh kok jadi ke BKT? Baik, kita kembali ke hujan. Mari kita bersyukur dengan hujan yang turun, Anda bayangkan ke negara-negara di Afrika, yang untuk mendapatkan hujan, bisa satu tahun baru dapat, jangan mengharapkan di sana hujan lebat seperti di negara kita. Bayangkan lagi di negara-negara yang untuk mendapatkan air saja, mesti mengagali di sungai yang sudah kering. Coba itu, sungai saja sampai ke dasarnya tak ada airnya. Dan hal tersebut jarang ditemukan di sungai-sungai di Indonesia. Alhamdulillah.

Apa sih manfaat hujan bagi manusia? Itu tak mesti ditanyakan lagi, bagi petani air hujan sangat penting untuk menyirami swah dan ladangnya. Air hujan turun menambah volume air di sungai, danau, laut dan samudera. Dengan air hjan tersebut panas hilang lenyap, seketika, ajaib kan? 

Tanah yang tadinya gersang, subur kembali. Hutan, pohon, tanaman, sayuran dan lain sebagainya seakan berlomba untuk menghijaukan Bumi. Subhanallah, gegera hujan Bumi serentak hijau dan kehijauan menyegarkan mata yang memandangnya. Apa ini bukan karunia Tuhan yang besar? Mengapa Anda tidak memikirkan? Apakah Anda tidak menggunakan akal? Dari hujan kita menemukan kebesaran Tuhan.

Wah kalau ditulis tentang hujan akan banyak halamannya, kalau serius  ingin tahu tentang seluk beluk air atau hujan, silahkan baca buku Hidrologi, Ocenografi dan lain sebagainya. Nah untuk sementara sekian dulu, lain kali kita cerita kembali tentang hujan, karena ini hujan bener-benar turun dengan lebatnya di saat tulisan ini lagi dibuat Jadi harus nyingkir dulu, tapi dengarkan suara hujan itu, betapa indah suaranya. 

Alhamdulillah hujan datang lagi, dan masih ketemu air, Anda bayangkan kalau hidup tanpa air, kita bisa mati semua, dan kematian manusia tanpa air, bisa mengalahkan kematian disebabkan virus Covid 19.  Maka bersyukurlah bila hujan datang, jangan katakan sumpah serapah bila hujan datang, karena hujan adalah karunia-Nya yang besar. Demikian.

Jakarta, 18 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun