Musabaqoh Tilawatil Quran Internasional ( MTQI )ke 19, 21 Oktober 2018 kembali digelar di Rusia, tepatnya di ibu kota Rusia, di Moskow. Di tengah-tengah musim gugur yang mulai terasa dingin dengan angin kencang, tidak membuat semangat peserta dan penonton mundur, dengan tiket relative mahal bagi kantong yang kempis, tak juga membuat semangat penonton pudar dan lantas meninggalkan arena Crocus Hall, yang hampir berada di ring terluar dari ibu kota Moskow.Â
Kurang lebih satu jam perjalanan dari pusat kota Moskow ke arah Selatan. Tempatnya  terintegrasi dengan stasiun kereta bawah tanah, Metro  Mayakinino.
Crocus Hall yang bisa dijangkau dengan berbagai kendaraan umum, Bus, Taxi, Grab, Uber, Taxi Yandek, Metro alias kereta bawah tanah, tak mengurangi semangat penonton untuk menyaksikan para hafidz, penghapal Al Quran, dari penjuru dunia. Secara acak, dari Rusia sendiri, Irak, Syria, Afganistan, Malaysia, Brunai Darussalam, Ingggris, Amerika Serika, Uzbekistan, Kuawit, Libya, Uni Umirat, Oman, Yaman, Sudan, Bahrain dan lain-lain, termasuk utusan, satu orang, dari Indonesia dan dua penghafal Al Quran anak-anak, khusus datang dari Jogyakarta.
Dengan kemasan yang menarik di panggung, para finalis, dalam hal ini hanya empat orang, yang bisa maju ke atas panggung, karena babak penyiisihannya dilakukan satu dua hari sebelumnya. Babak penyisihan dilakukan di Masjid Agung Moskow, masjid yang baru tiga tahun diresmikan oleh Presiden Putin bersama dengan Presiden Turky, Erdogan, dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas. Masjid megah  tersebut menjadi saksi bagi para penghapal Al Quran dari berbagai penjuru dunia.
Namun harapan tinggal harapan, satu nomorpun tidak dapat. Indonesia benar-benar belum beruntung. Sudah 19 kali ikut MTQI di Rusia tak satupun nomor didapat? Sedih memang, tapi apa dikata, nasi sudah menjadi bubur, lebih baik buburnya kita kasih kecap, kasih bawang, sambel, krupuk dan lain-lain.
Namun ada yang sangat menggembirakan dan membuat terharu, walau tidak menang satupun nomor kejuaraan, tapi dua hafidz cilik dari Indonesia telah memukau penonton dengan hapalan dan suaranya yang merdu. Mereka berdua bersahut-sahutan menghapal surat Ar Rahman, surat ke 55 dari ayat 1-28.Â
Muhammad Ghazali Akbar dan Kamil Ramadhan telah membuat suasana gedung Crocul Hall tiba-tiba seperti senyap, mendengarkan suara merdu, suara anak-anak yang menggema di seluruh ruangan, yang saat itu full, tak ada satu pun istilahnya kursi yang kosong, padahal ini bukan nonton nyanyian atau hiburan, tapi melihat para hafidz menghapal Al Quran.
Jadi walaupun dua utusan hafidz bukan peserta MTQI ke 19, namun telah sanggup mengharumkan nama Indonesia dikancah para hafidz Al Quran di seluruh dunia, karena acara ini akan tersebar melalui media social, FB, Twitter, Istagram, Kompasiana dan berbagai media social lainnya.Â
Acara yang dikemas sedemikian menarik, karena dibuat kolabarasi antara hapalan Al Quran, musik Nashid, Puisi dan Drama. Sehingga penonton tidak dibuat jenuh dengan hapalan ayat-ayat Al Quran yang ditampilkan oleh para finalis MTQI tersebut.
Dengan suasana ruang yang memang dibuat untuk conser tingkat dunia, dengan penataan cahaya lampu yang gemerlapan dan puisi indah yang dikumandangkan, serta nashid yang ditampilkan, benar-benar berdecak kagum. Acara religious tapi dikemas dengan apik. Sehingga acara yang dimulai dari Pukul 14.30 sampai dengan Pukul 18.30, 4 jam total, namun tak ada penonton yang beranjak dari kursinya, sebelum acara selesai.Â