Anda mungkin sering bertemu dalam kehidupan sehari- hari, Â entah di tempat kerja, Â di kantoran di masyarakat dan lain sebagainya, Â dimana ada orang yang kalau bicara selalu nyinyir, Â ga ngenakin banget, ga ditemanin, Â dibilang sombong, ditemanin ngomongin orang melulu, Â gibah melulu, jadinya seperti serba salah bergaul dengan orang seperti ini, Â kita sebut saja dengan seperti ini orang " stress ". Sangat bodoh kalau orang " stress " dilawan. Bila dilawan sama gilanya. Orang " gila" kok dilawan? Mungkin itu terlalu kasar, tapi memang harus diberikan kesadaran bahwa kebenaran bukan hanya milik sendiri.
Kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT. Selama manusia yg mengatakannya, hal tersebut masih bisa diperdebatkan. Karena manusia punya sifat khilaf dan alfa. Selama masih punya keikhlafan dan kealfaan selama itu juga bisa salah, dan kesalaham bisa diperbaiki dengan memperbaiki diri dan minta maaf kepada sesama manusia.
Jangan pernah merasa benar sendiri, jangan menggunjingkan orang lain, karena ketika telunjuk itu kearah orang lain, keempat jari menunjuk kepada diri sendiri. Nah orang seperti ini, Â selalu menunjuk pada orang lain, Â bila salah, Â yang salah selalu orang lain, Â orang lain selalu dijadikan " kambing hitam".
Mari perbaiki diri atas kekurangan dan segala kekurangan. Mari terus saling mengisi bukan saling menghabisi. Mari terus berbagi kebaikan, sekecil apapun yg kita bisa, tentu sesuai dengan potensi masing-masing. Jangan takut berbagi kebaikan, Â berbagi kebaikan kok takut? Kalau ada orang begitu berani berbagi pada hal-hal yang buruk, Â seperti menggunjing, Â menshare yang berbau pornografi, Â humor yang larinya ke soal begituan melulu, Â lalu mengapa berbagi kebaikan kok takut? Â Anehkan?
Berbagi kebaikan memang tak selamanya diterima dengan baik. Anda sudah diam,  ya diam saja tak banyak bicara.  Tulis ya tulis aja.  Lalu bagaimana jika Anda diam atau tidak melawan, tapi tetap diserang, dijadikan bahan gosip? Ya tetap bersabar, sesabar-sabarnya. Karena orang " gila" bila dilawanpun tak akan sadar, jangan kan orang lain, dirinya sendiripun tak dikenalnya. Anda tak percaya? Coba aja tanya orang  gila, siapa namanya? Saya yakin Anda tak akan mendapat jawaban. Itu kalau gila beneran.  He he he.
Solusi terbaik selain sabar adalah perbanyak keikhlasan dan terus-menerus mengkoreksi diri, karena bisa jadi apa yang dikatakan lawan Anda, Â orang " gila" tadi adalah benar adanya. Lawan yang begitu keras terhadap Anda, akan senang kalau Anda sampai istilahnya " berdarah-darah" atau lawan Anda akan tertawa sampai jungkir balik bila Anda berhasil dijatuhkan, karena memang itu tujuanya Anda digunjingkan, memang itu tujuan Anda difitnah dan itu pula yang menjadi tujuan mengapa Anda terus menerus dijadikan obyek gunjingannya.
Lawan keras Anda akan terus-menerus mencari, mencari dan mencari kekurangan atau kesalahan Anda, bila sudah dan banyak ditemukan kesalahan Anda, maka lawan Anda tak segan-segan membongkarnya, walau lawan Anda  itu bukan polisi, jaksa atau apapun namanya. Aib Anda dibongkar habis di hadapan orang lain, di depan Anda orang seperti bisa aja tersenyum, tapi di belakang Anda, aib  Anda dibongkar habis.
Dan bila Anda melawan dengan kata-kata yang sama, bukankah itu sama buruknya? Bukankah itu sama gilanya? Bukankah itu sama dengan Abu Bakar yang ditegur nabi ketika melawan orang yang menghinanya. Ketika Abu Bakar dihina sekali, diam. Kedua kali, masih diam, namun ketika ketiga dihina Abu Bakar tak tahan, dan membalas hinaan tersebut, dan nabi pun meninggalkannya sendiri, sampai Abu Bakar bingung sendirian.
Apa pesan moralnya? Ya jangan dilawan, orang yang menghina Anda itu sebenarnya sayang sama Anda, wujud sayangnya aib Anda dibuka, agar Anda tak merasa benar sendiri atau merasa suci, wah ini bahaya. Terimalah masukan dari lawan Anda, terimalah dengan lapang dada, jangan membalasnya dengan hinaan dan cacian yang sama.
Anda tunjukan bahwa Anda tak sama dengan mereka yang suka menggunjingkan Anda. Anda tunjukan bahwa ketika Anda dihina, Anda belum diapa-apakan. Anda baru digunjingkan saja, belum sampai diracun, belum sampai disiram air keras, belum sampai dibakar hidup-hidup atau Anda belum sampai dibunuh oleh lawan Anda yang begitu benci pada Anda. Jadi kenapa takut dan kenapa bersedih?