Mohon tunggu...
Vira Alifia
Vira Alifia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seseorang dengan keingintahuan yang tinggi mengenai isu kesehatan mental serta pengembangan pribadi. Mendalami karakter sebagai seorang debater yang ambisius dan selalu ingin belajar. Cinta dunia seni, terutama musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Ada pertanyaan?" (Semua hening seketika)

8 Maret 2025   00:26 Diperbarui: 8 Maret 2025   00:26 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di mana pertanyaan seperti ini sering dijumpai?

Di ruang kelas? Di forum diskusi? Di ruang meeting? Atau acara webinar?

Lantas berapa banyak orang yang mampu dan tergerak untuk mengambil tindakan berpikir yang pada akhirnya mendorong mereka untuk mengutarakan pertanyaan? 

Artikel ini ditulis atas keprihatinan saya terhadap ketidakmampuan banyak orang untuk berpikir hingga sampai pada tahap mempertanyakan suatu fakta. Di sini, saya tidak akan banyak menulis tentang mentalitas, namun lebih kepada olah pikir manusia yang setidaknya berada di lingkungan saya saat ini.

Menghabiskan waktu untuk mengenyam pendidikan formal selama lebih dari 12 tahun lamanya. Saya lupa kapan saya pernah di ajarkan untuk membuat pertanyaan atau bahkan sekedar dipancing untuk mempertanyakan suatu hal. Alhasil, ketika duduk di bangku perkuliahan dan mulai mengenal student centered learning mayoritas dari kami malah kelimpungan. Apa ini? Bukannya biasanya guru berbicara hingga waktu mengajar berakhir? Mengapa kami disuruh bertanya? Lantas apa yang mesti kami pertanyakan? Ya, kami paham materi yang dipaparkan, mmmm namun tidak terlalu. Tapi ya sudahlah. Kira-kira begitulah kalimat yang sering saya dengar di lingkungan saya.

Kalau bisa kita tarik ujungnya, di Indonesia sendiri telah terjadi kesenjangan antara metode ajar Teacher centered learning dengan Student centered learning ini. Keputusan untuk memindahkan suatu metode ke metode yang lain merupakan hal yang kurang bijak, meninggalkan jarak di sana tanpa menjembatani pola pikir para hadirin bangku sekolah yang dimaksud dalam tulisan ini.

Lantas bagaimana?

Sampai ketika tulisan ini terbaca oleh siapapun di luar sana, saya selalu ingin menyuarakan pentingnya melatih cara bertanya serta praktek mempertanyakan suatu hal sejak di bangku sekolah. Ini mungkin akan terdengar menyinggung sedikit pada ilmu filsafat, namun tidak bermaksud untuk semua orang memperdalamnya akan tetapi memahami setidaknya konsep dasarnya. Bangku kuliah rasanya waktu yang lambat untuk mulai mengasah kemampuan berpikir ini, maka dari itu sepertinya usia belia mulai 12 tahun terasa cocok untuk menanamkan hal tersebut. Dalam ilmu prakteknya, pembelajaran ini dapat berupa pengenalan 5W+1H. Kebalikan dari apa yang telah diajarkan selama ini di bangku sekolah seperti menjawab pertanyaan, hal ini lebih mengasah kemampuan untuk mempertanyakan serta mencari celah dari suatu bacaan atau wacana untuk menggali informasi yang mungkin secara implisit tertera di sana.

Terus apa?
Hal ini nantinya dapat menciptakan diskusi interaktif dalam suatu lingkungan terutama lingkungan belajar mengajar. Selain menunjukkan keikutsertaan dalam suatu proses perpindahan ilmu pengetahuan, hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi alam bawah sadar untuk ikut berpikir akan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan. Lebih jauh lagi, ketika di bangku kuliah dihadapkan dengan metode Student centered learning, kami pun sudah memiliki bekal untuk hal tersebut. Namun sejak artikel ini ditulis, sudah banyak dari kami yang terlanjur bingung akan kesenjangan metode pembelajaran ini. Maka dari sini, saya mengharapkan para pembaca untuk membantu sesama, melatih diri serta aktif menyuarakan betapa pentingnya untuk bisa membentuk suatu pertanyaan.

Pada kesimpulannya, mari kurangi keheningan dalam proses belajar mengajar terutama pada saat pembicara di depan berkata "Apa ada pertanyaan?". Sedikit banyaknya kita menyimak, satu pertanyaan akan bermakna untuk menunjukkan keikutsertaan serta menciptakan suatu diskusi interaktif. Jika tak mampu gunakan "Bagaimana", kita masih punya pilihan "Apa" dan "Kenapa".

Hormat saya, salam literasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun