Tulisan ini didedikasikan untuk diri pribadi dalam rangka menyambut hari bhakti rimbawan. Sebelumnya turut berduka cita yang sebesar-besarnya atas meninggalnya orang tua kami. Bapak Iwen Kepala Sub Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan Wilayah II (Kasubdit PPH Wilayah II) Kementerian Kehutanan. ketika melaksanakan tugas sebagai komandan upacara pada gladi resik perayaan hari bhakti rimbawa di pelataran Manggala Wanabhakti Jakarta. Kami telah kehilangan seorang rimbawan yang dengan idealismenya memperjuangkan nasib teman-teman lapangan. Doa terbaik buat beliau dan keluarga. Amin.
Â
Saya jadi ingat pesan-pesan almarhum ketika ngopi bareng lengkap dengan seragam PDH dan tongkat komando ditemani singkong dan kacang rebus dalam menembus dinginnya udara salabintana sukabumi saat itu.
Â
Okey. Tak larut dalam duka di kemenhut dengan segala duka-duka lainnya saya coba memaparkan apa yang menjadi jati diri seorang rimbawan.
Â
Siapakah rimbawan itu? Lalu apa sih korps rimbawan itu? Bukan membandingkan tapi mencoba berkaca pada profesi dokter. Mereka membentuk sebuah organisasi korps bernama IDI (Ikatan Dokter Indonesia), kesan yang ditimbulkan menurut presepsi saya adalah dengan bangganya mereka memasang simbol-simbol IDI pada mobil-mobil mewah dan kebangaan akan profesionalitasnya. Salut buat teman-teman IDI. Terus bagaimana dengan rimbawan?
Â
Mengapa organisasi rimbawan dianggap stagnan? Oke... stop! Tidak ada manusia yang bisa disalahkan, justru secara bijak adalah sistem yang membuat organisasi itu menjadi vakum.
Â
Berdasarkan Pemahaman saya di simpulkan rimbawan adalah orang yang profesinya terkait dengan kehutanan.
Â
Menjadi rimbawan atau bahasa kerennya forester saat ini tentu sangat prihatin karena merasa telah bekerja banyak, akan tetapi fakta menunjukkan bahwa kondisi hutan di Indonesia cenderung mengalami kerusakan dan pengrusakan. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar bahwa para rimbawan telah bekerja dengan benar sesuai dengan landasan penuaian tugas rimbawan? Kalau mau jujur, jawabannya adalah belum. Belum semua rimbawan bekerja sesuai dengan landasar tugas sebagai rimbawan bahkan banyak diantaranya belum memiliki pengetahuan tentang tugas rimbawan tersebut.
Â
Banyak rimbawan yang telah bekerja puluhan tahun, akan tetapi belum tentu mengetahui bahwa tahun 1966 sebenarnya para rimbawan telah memiliki landasan tugas sebagai rimbawan profesional. Landasan itu dirumuskan dalam deklarasi kaliurang.
Â
Mengapa deklarasi itu? Karena dengan deklarasi itu jika dipahami, dihayati dan diaktualisasikan oleh rimbawan dalam mengemban tugasnya, maka rimbawan akan mampu meningkatkan kinerja dan profesionalismenya. Lebih dari itu akan terbentuk sikap positif serta kualitas hidup rimbawan yang mantap sehingga dapat menjadi teladan bagi sekitarnya.
Â
Sungguh mulia pekerjaan sebagai rimbawan itu. Tanamkan dalam diri masing-masing forester bahwa sebuah profesi yang bisa dikata sebagai perpanjangan tangan tuhan untuk menjaga ekosistem dan kelestarian hutan bagi kepentingan hidup manusia. Hal sederhananya adalah jika dalam sehari nga ada yang menghasilkan oksigen atau anda tak bernafas apa yang terjadi?