Mohon tunggu...
Egizhia Vio Sorando
Egizhia Vio Sorando Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (NIM 24107030128) | viosorando455@gmail.com

Suka bikin tulisan yang disuka

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Pasar Kangen: Kuliner Tahunan, Rindu Selamanya

21 Mei 2025   22:16 Diperbarui: 21 Mei 2025   22:16 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di dalam Pasar Kangen (Sumber: Dokpri)

"Buk, punya saya campur ya... cokelat, stroberi, sama vanila. Toppingnya susu aja."

Kalimat itu saya ucapkan dengan senyum antusias kepada ibu penjual jajanan di salah satu stan Pasar Kangen UNY. Di balik antrean yang ramai, saya terpikat oleh sesuatu yang tak biasa. Penjual di sampingnya mengenakan kostum Spiderman sambil sibuk mencetak adonan jaring laba-laba. Anehnya, suasana itu terasa sangat... nyaman.

Bukan cuma karena camilan jadul yang menggiurkan, tetapi juga atmosfer pasar yang begitu hidup. Ada suara tawa, ada obrolan ngalor-ngidul, dan tentu saja, ada aroma nostalgia yang menguar dari setiap sudut.

Langkah pertama saya diawali dari sebuah gerbang bertuliskan "Pasar Kangen - Dies Natalis ke-61 UNY." Di sinilah titik temu antara masa lalu dan masa kini dibentuk secara visual. Anyaman bambu, lampu bohlam kuning, dan ornamen warna-warni bergelantungan seolah menyambut setiap pengunjung dengan pelukan hangat masa kecil mereka.

Pintu masuk Pasar Kangen dari sebelah utara (Sumber: Dokpri)
Pintu masuk Pasar Kangen dari sebelah utara (Sumber: Dokpri)

Di pintu masuk ini, saya melihat banyak wajah, mulai dari mahasiswa yang penasaran, keluarga muda membawa anak kecil, hingga lansia yang tersenyum lirih saat melirik jajanan tempo dulu. Pasar ini bukan sekadar tempat berjualan, tetapi juga menjadi panggung rindu dan panggung kenangan.

Yang saya sukai dari Pasar Kangen adalah bagaimana ia dirancang dengan kesadaran akan kenyamanan dan kesan. Meski ramai, tidak ada rasa sesak yang menjengkelkan. Lorong-lorong cukup lebar untuk lalu-lalang, penataan stan juga tidak terlalu mepet. Musik live akustik dari panggung mini di ujung area menambah suasana santai. Tak jarang terdengar lagu-lagu lama yang dibawakan ulang.

Tenda-tenda penjual dihiasi bambu dan kain goni. Nama-nama menunya juga dikurasi untuk menggelitik rasa penasaran, mulai dari Wedang Uwuh Pakne, Jajanan Enom Mbiyen, Serabi Gula Aren Bakar, dan tentu saja, Es Jilato yang jadi favorit saya sore itu.

Saya sempat tertawa kecil ketika mendekati stan Es Jilato. Di sebelah stan Es Jilato, ada Spiderman dadakan yang membantu membuat makanan jaring laba-laba. Denuh gaya, ia berjualan sambil membungkuk ala superhero. Orang-orang antre dengan wajah semringah. Tak heran jika stan ini tak pernah sepi.

Foto saya sedang membeli Es Jilato di samping stan Spiderman (Sumber: Dokpri)
Foto saya sedang membeli Es Jilato di samping stan Spiderman (Sumber: Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun