Mohon tunggu...
Vioni Anindya
Vioni Anindya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang

Penulis Opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bias Gender pada Iklan di Telivisi

28 Januari 2022   09:05 Diperbarui: 28 Januari 2022   09:12 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menonton iklan saat ini sudah terlihat perbedaannya, apalagi dibandingkan dengan yang ada berkade lalu di media -media konvesional. Bukan hanya mempromosikan produk dan jasa yang dijual, iklan-iklan yang bermunculan kini juga menawarkan cerita yang memuat gagasan inspiratif didalamnya. 

Iklan merupakan cerminan realitas yang ada dalam masyarakat. Realitas yang tercermin dalam iklan bisa jadi adalah realitas masyarakat yang seksis ataupun realitas masyarakat yang sedang mengupayakan kesetaraan gender. 

Dengan fungsi pencerminannya ini iklan pun akan sekaligus mensosialisasikan kembali apa yang dicerminkannya itu, baik ketidakadilan maupun keadilan gender, ke dalam pola pikir khalayaknya. Hal ini akan berimplikasi pada pengukuhan kembali nilai gender stereotip jika iklan yang bersangkutan memuat ideologi gender yang seksis, atau upaya dekonstruksi nilai gender stereotip jika iklan yang bersangkutan bermuatan ideologi gender yang setara. 

Dunia periklanan selalu mendapat kemajuan, namun demikian dunia periklanan saat ini masih dapat dikatakan tidak lebih baik dari dunia periklanan sebelumnya. Seiring dengan kritik sosial terhadap iklan, iklan sering menempatkan kesadaran gender dalam konsep dan strategi periklanan.

Televisi merupakan media komunikasi massa yang memiliki penetrasi tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 96 persen. Sebagai media yang mudah diakses dan cukup murah untuk dinikmati oleh berbagai kalangan, televisi tak hanya menyajikan program televisi, namun juga menayangkan iklan.  Pemirsa TV sendiri didominasi oleh kelompok umur 20-29 dengan prosentase 20,1%, disusul dengan umur 30- 39 dengan prosentase 19,7%. 

Dengan banyaknya penonton dan spot yang tersedia, para pengiklan memanfaatkan kesempatan ini dengan menyuara- kan pesan mengenai kesadaran gender.

Pemaknaan terhadap istilah bias gender ini khususnya mengenai masalah ketimpangan antara keadaan dan kedudukan perempuan dan laki-laki di masyarakat. Bias gender tersebut dapat dilihat melalui adegan-adegan yang terdapat dalam iklan, sehingga iklan tersebut tetap dapat diterima dan menarik perhatian audiens. 

Kesadaran akan kesetaraan gender sebagai sebuah belief akan menjadi landasan bagi kerangka pikir seseorang, yang akan dipakainya sebagai penonton dalam sebuah iklan TV. Seseorang akan bisa melihat ideologi gender (baik seksis maupun setara) dalam iklan tersebut. 

Ketidakadilan yang sudah lama berlangsung ini mulai ditentang dengan munculnya gerakan feminis di Indonesia. Feminisme merupakan berbagai gerakan politik, ideologi, dan gerakan sosial yang berbagi tujuan bersama: untuk mendefinisikan, menetapkan, dan mencapai kesetaraan politik, ekonomi, pribadi, dan sosial dari jenis kelamin.

Perilaku bias gender muncul karena ketidakadilan gender. Faktor ini diakibatkan karena sistem dan struktur sosial yang menempatkan kaum laki-laki dan perempuan pada posisi yang merugikan.

Lalu apa itu Bias Gender?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun