Mohon tunggu...
Nila Violita
Nila Violita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Perovskite" sebagai Sumber Energi Listrik Masa Depan

30 Januari 2018   10:38 Diperbarui: 30 Januari 2018   10:42 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Perkembangan penduduk Indonesia yang pesat mengakibatkan kebutuhan energi semakin meningkat. Pada tahun 2003, kebutuhan energi di Indonesia sebesar 117 juta TOE, sedangkan pada tahun 2013 menjadi 174 juta TOE (Dewan Energi Nasional, 2014). Sel surya merupakan salah satu terobosan dalam energi terbarukan yang dapat membantu mengatasi kebutuhan energi di Indonesia.

Sel surya merupakan sumber energi yang tidak bisa habis selama matahari memancarkan sinarnya ke bumi dan merupakan salah satu divais elektronik yang dapat mengubah secara langsung energi radiasi matahari menjadi energi listrik sehingga sel surya dapat diperkirakan menjadi sumber pembangkit listrik dimasa yang akan datang.

Sel surya dengan material yang bahan aktifnya merupakan bahan halida-organik/anorganik dengan struktur perovskitedapat berfungsi sebagai lapisan aktif yang mengabsorpsi cahaya matahari.perovskite pertama kali ditemukan oleh Gustav Rose pada abad ke 19 di pegunungan ural Rusia. nama perovskite diambil dari nama ahli minerologi Rusia yaitu Count Lev Aleksevich Perovski. 

Perovskite memiliki beberapa keuntungan diantaranya ketika menggunakan bahan perovskite sebagai penyerap cahaya yaitu mudah dalam mengatur sifat elektronik dengan memodifikasi komposisi senyawa. Selain itu, efisiensi yang dihasilkan dari struktur perovskite ini dapat menghasilkan efisiensi yang tinggi yaitu 22,1%. Besar efisiensi sel-surya perovskite dapat ditentukan berdasarkan morfologi lapisan aktifnya. Faktor lain yang menentukan besarnya efisiensi pada sel-surya perovskite diantaranya kristanilitas yang tinggi, dalam bentuk kubik dan homogen, serta ukuran kristal yang besar yaitu dalam rentang 500-1000 nm.

Salah satu contoh material yang menarik untuk diteliti yaitu perovskite halida karen memiliki sifat elektronik bagus sehingga memiliki potensi untuk difabrikasi menggunakan temperatur yang rendah. Selain itu, bandgap material perovskite halida. Untuk dapat mengeksitasi elektron, energi band gap harus lebih kecil daripada energi foton. Semakin kecil energi band gap, maka semakin banyak elektron yang tereksitasi. Besar bandgap ini dapat diatur dengan penggantian kation dan anion penyusun material ini. Perovskit memiliki struktur ternier ABX3 yang membuat material ini menarik untuk diteliti. Huruf A menunjukkan kation logam, B menunjukkan kation logam yang berukuran lebih kecil, sedangkan X menunjukkan anion yang menjadi pengikat ketiga ion ini.

Senyawa CH3NH3PbI3-xBrxmerupakan suatu bahan perovskite halida yang  memiliki produktifitas yang tinggi. Suatu MABr dengan konsentrasi yang tepat dapat mengubah kualitas film tipis berbahan MAPbI3setelah mengalami pematangan ostwald. MABr dapat membuat ukuran kristanilitasnya menjadi tinggi dan tidak ada lubang jarum (Mengjin Yang, 2016).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun