Mohon tunggu...
Viola Wahyuni
Viola Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Kranji Paciran lamongan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reading

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sebelum Kamu Setuju Dijadikan Orang Kedua, Ada Bahasa Kedua Juga loh

21 Maret 2021   10:53 Diperbarui: 21 Maret 2021   11:10 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ehh kalian tau nggak bahasa ibu itu apa?

Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Bahasa ibu

Didalam melakukan komunikaski awal, orang tua mempunyai sebuah bentuk register Bahasa tersendiri yang dipergunakan khusus didalam berinteraksi dengan seorang balita. Steinberg (1993) memberikan istilah untuk jenis Bahasa ini sebagai parentese untuk menggantikan istilah motherese, yang sebelumnya banyak dipergunakan oleh oara ahli dan pemerhati pemerolehan Bahasa pada anak-anak. Istilah perentese ini disebutkan oleh Steinberg sebagai istilah yang mengacu pada bentuk dan jenis Bahasa yang diterima oleh anak pada usia balita dari lingkungannya (khususnya dari orang tuanya).

Bahasa yang dipergunakan oleh para orang tua, atau orang lain, untuk berkomunikasi dengan oara balita ini mempunyai ciri-ciri khusus. Sebagai contoh, orang tua biasanya akan berkomunikasi dengan anak balitanya tentang hal atau benda yang berada disekitar si anak, dan dia jarang sekali menggunakan Bahasa untuk mengatakan tentang sesuatu hal yang jauh tempatnya atau terjadi jauh dari waktu berbicara, misalnya jauh kebelakang, ke masa lampau; atau jauh ke depan, ke masa depan. Dengan demikian, kalimat " Adik lihat dik tuh kucingnya makan daging ". Mempunyai kemungkinan untuk dipergunakan okeh seorang ibu kepada anak balitanya dari pada kalimat " Adik minggu depan ibu mau presentasi tentang masalah psikolinguistik lho''. Selain itu, ciri lain dari jenis Bahasa yang dipergunakan oleh orang tua kepada anak balitanya dengan mempergunakan sebuah kalimat majemuk atau kompleks yang Panjang. Sebagai contoh, bentuk kalimat sederhana seperti kalimat "susunya manis" akan lebih banyak dipergunakan daripada bentuk "susu yang dibuat oleh mbak suster didapur siang tadi manis".

Ciri selanjutnya yang membedakan Bahasa komunikasi awal yang dipergunakan orang tua dengan bentuk dan jenis penggunaan orang tua dengan bentuk dan jenis penggunaan Bahasa yang lain adalah jenis-jenis kata yang dieksploitasi didalam Bahasa tersebut. Seperti gramatikal kalimat, kosa kata yang dipergunakan didalam Bahasa ini juga cenderung sederhana. Seorang ibu atau bapak yang berbicara kepada anak balitanya akan cenderung mempergunakan kalimat " Dik lihat dik anjingnya lari'' daripada "Dik diamati dik anjingnya lari". Dan jika dilihat dari aspek pengucapannya, kalimat-kalimat pendek yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan seorang balita tersebut cenderung dilafalkan pelan-pelan dengan lebih banyak memberikan jeda, lebih banyak penekanan pada suku-suku kata tertentu (didalam Bahasa Indonesia biasanya suku kata yang belakangan).

Kapan waktu yang tepat menggunakan Bahasa kedua?

Kalimat-kalimat pendek yang sama ini tentu saja akan dipergunakan dengan pelafalan dan pengucapan yang berbeda jika dipakai untuk berkomunikasai dengan orang dewasa. sebagai contoh, seorang ibu yang berkomunikasi dengan anak balita-nya mempergunakan Bahasa Indonesia akan melafalkan kalimat-kalimat pendeknya sebagai berikut: "Ayo adik......kalau...sudah ngan...tuk, sekarang.....minum....su....su." suku kata yang bercetak tebal adalah tempat tempat biasanya seorang penutur menempatkan tekanan didalam berkomunikasi dengan anak balita, sedangkan tanda baca titik ganda menunjukkan jeda yang dia lakukan didalam mengucapkan kalimat ini.  Jenis dan bentuk Bahasa yang diperguanakan untuk berkomunikasi awal dengan anak balita ini, kalau kita sempat mengamati, ternyata juga dipergunakan oleh anak-anak usia 5 tahun keatas manakala dia berinteraksi dengan anak balita berusia dibawahnya; misalnya seorang anak berusia 6 tahun berkomunikasi dengan adik balitanya yang berusia 3 tahun. Sedangkan jika si anak harus berkomunikasi dengan orang dewasa, maka Bahasa yang dia pergunakan akan mempunyai ciri-ciri yang sangat berlainan.


Manfaat penguasaan Bahasa kedua dan sistemnya

Steinberg (1993) lebih jauh menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian, jenis dan bentuk Bahasa berkomunikasi awal (sering diistilahkan dengan parentese) yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan anak balita didalam proses memperoleh Bahasa. Dengan kata lain anak balita yang diajak berkomunikasi awal dengan mempergunakan Bahasa dengan ciri-ciri diatas akan dapat memperoleh Bahasa dengan proses yang lebih mudah jika dibandingkan dengan anak balita yang tidak pernah atau jarang sekali diajak berkomunikasi dengan Bahasa ini. Hal ini bukan berarti bahwa anak balita yang tidak biasa atau tidak pernah diajak berkomunikasi dengan Bahasa parentese ini memberikan model grammar, pengucapan dan kosa kata yang mudah untuk ditiru oleh si anak balita, sehingga dia akan lebih cepat dan lebih mudah mengkopi dan memasukan model-model tersebut didalam memorinya untuk selanjutnya dia pergunakan atau dia contoh dengan bentuk kalimat yang lain.

Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun