Mohon tunggu...
Viola Eva Reditiya
Viola Eva Reditiya Mohon Tunggu... Mahasiswi Magister

Banyak orang gagal dalam hidup karena tidak menyadari seberapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah (Thomas Edison).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berbuka adalah Hadiah, Sahur adalah Janji

12 Maret 2025   21:49 Diperbarui: 13 Maret 2025   05:15 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Berbuka Puasa (Pic : Galeri Pribadi) 

Berbuka puasa selalu terasa istimewa. Detik-detik menjelang azan Magrib seperti momen paling mendebarkan dalam sehari. Seteguk air, segigit kurma sederhana, tapi rasanya seperti hadiah yang paling ditunggu. Setelah seharian menahan lapar dan haus, berbuka bukan sekadar soal mengisi perut, tapi juga tentang menikmati nikmat yang terasa lebih berarti. Aneh ya? Makanan yang biasa kita makan setiap hari, tiba-tiba jadi begitu berharga saat Ramadan.  

Tapi, kalau berbuka adalah hadiah, maka sahur adalah janji. Sahur datang di saat mata masih berat, perut belum benar-benar meminta, tapi kita tahu ini bagian dari perjalanan. Makan saat kantuk masih menggantung di pelupuk mata adalah bukti bahwa kita sedang mempersiapkan diri, menyiapkan energi untuk bertahan sepanjang hari. Ada rasa malas, ada godaan untuk melewatkannya, tapi tetap kita jalanikarena sahur adalah komitmen untuk bertahan hingga waktu berbuka tiba.  

Lucunya, kita seringkali lebih bersemangat saat berbuka daripada saat sahur. Saat berbuka, meja terasa lebih penuh, keluarga berkumpul, tawa dan cerita mengalir. Sementara sahur? Kadang hanya ditemani sunyi, dengan seteguk air dan sesuap nasi yang bahkan sulit ditelan. Tapi justru di situlah letak keindahannya. Sahur mengajarkan kita tentang persiapan dan keteguhan hati. Bahwa segala sesuatu yang bernilai memang butuh usaha, bahkan di tengah kantuk dan lelah.  

Dan begitulah Ramadan bekerja. Ia tidak hanya mengajarkan kita menahan lapar dan haus, tetapi juga mengajarkan tentang kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur. Bahwa sesuatu yang sederhana seperti air putih atau sesuap nasi bisa menjadi begitu bermakna saat kita menjalani prosesnya dengan penuh kesadaran. Berbuka mengajarkan kita untuk menikmati hasil, sementara sahur mengingatkan bahwa setiap pencapaian butuh persiapan.  

Jika sahur mengajarkan persiapan, maka berbuka mengajarkan penghargaan

Jadi, kalau berbuka adalah hadiah, dan sahur adalah janji, kira-kira bagaimana kita akan menjalani keduanya? Dengan penuh syukur, atau sekadar rutinitas? Ramadan selalu punya caranya sendiri untuk mengajarkan kita, tinggal bagaimana kita memaknainya.

@violaevar

Berbuka itu bukan sekadar melepaskan haus dan lapar. Ini tentang rasa syukur setelah seharian menahan, tentang seteguk air yang terasa seperti nikmat tak tergantikan. Lucu ya, hal yang biasanya kita anggap biasa, tiba-tiba jadi sesuatu yang paling dinanti? Mungkin, Ramadan memang mengajarkan... bahwa kebahagiaan sering kali ada dalam hal-hal sederhana. Jadi, apa menu berbukamu hari ini? @kompasiana.com #ramadanbercerita2025 #DiaryRamadanKompasiana suara asli - ayobelajar_ - ayobelajar_

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun