Mohon tunggu...
Nafila Khairil
Nafila Khairil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Assalamualaikum selamat datang Semoga tulisan saya bisa menjadi sumber informasi dan menambah pengetahuan kita semua

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Langgam Kato Nan Ampek sebagai Identitas Masyarakat Minangkabau

28 Februari 2021   18:20 Diperbarui: 28 Februari 2021   19:31 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Navis (1984:101---102), dalam bahasa Minangkabau terdapat langgam kata atau langgam kato, yaitu semacam kesantunan berbahasa atau tata krama sehari-hari antara sesama orang Minang sesuai dengan status sosial masing-masing. 

Baik dari yang paling muda kepada yang lebih tua, atau dari orang yang paling dituakan atau kepada orang yang disegani semuanya diatur dalam tata cara berbicara menurut adat Minangkabau. 

Ada empat langgam yang dipakai oleh orang Minang, yaitu kato mandaki (kata mendaki), kato malereang (kata melereng), kato manurun (kata menurun), dan kato mandata (kata mendatar).

Kato mandaki adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih dewasa atau orang yang dihormati, seperti orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan. 

Pemakaian tata bahasanya lebih rapi, ungkapannya jelas, dan penggunaan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga bersifat khusus, ambo untuk orang pertama, panggilan kehormatan untuk orang yang lebih tua: mamak, inyiak, uda, tuan, etek, amai, atau uni serta baliau untuk orang ketiga.

Selanjutnya, kato malereang merupakan bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang disegani dan dihormati secara adat dan budaya. Umpamanya orang yang mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, misalnya, ipar, besan, mertua, dan menantu, atau antara orang-orang yang jabatannya dihormati seperti penghulu, ulama, dan guru. 

Pemakaian tatabahasanya rapi, tetapi lebih banyak menggunakan peribahasa, seperti perumpaan, kiasan atau sindiran. Kata pengganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus. Wak ambo atau awak ambo untuk orang pertama, gelar dan panggilan kekerabatan yang diberikan keluarga untuk orang kedua. Baliau untuk orang ketiga.

Yang ketiga kato manurun adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih muda seperti membujuk pada anak kecil, mamak pada kemenakannya, guru kepada murid, dan atasan kepada bawahan. Pemakaian tatabahasa rapi, tetapi dengan kalimat yang lebih pendek. Kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus. Wak den atau awak den atau wak aden (asalnya dari awak aden) untuk orang pertama. Awak ang atau wak ang untuk orang kedua laki-laki, awak kau atau wak kau untuk orang kedua perempuan. Wak nyo atau awak nyo untuk orang ketiga. Kata awak atau wak artinya sama dengan kita. Kata ini dipakai sebagai pernyataan bahwa setiap orang sama dengan kita atau di antara kita juga.

Yang terakhir kato mandata, yaitu bahasa yang digunakan dalam komunikasi biasa dan dengan lawan bicara yang seusia dan sederajat. Selain itu, kato mandata ini juga digunakan oleh orang yang status sosialnya sama dan memiliki hubungan yang akrab. Pemakaian bahasanya yang lazim adalah bahasa slank. Tatabahasanya lebih cenderung memakai suku kata terakhir atau kata-katanya tidak lengkap dan kalimatnya pendek-pendek. Kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus, yaitu aden atau den untuk orang pertama. Ang untuk orang kedua laki-laki. Kau untuk orang kedua perempuan. Inyo atau anyo untuk orang ketiga.

Tapi fenomena yang kerap terjadi dikalangan anak muda zaman sekarang yaitu kurangnya sopan santun dalam berbicara, baik itu kepada orang yang lebih muda hingga kepada orang yang lebih tua. Kerap kita temukan anak-anak yang melawan ucapan orang tua, melawan kepada guru di sekolah. Ini perlu menjadi perhatian sebab jika terus dibiarkan maka semakin memudarlah penerus adat langgam kato nan ampek yang sangat memperhatikan serta menjunjung tinggi sopan santun dalam berbicara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun