Umat Katolik baru saja merayakan Paskah, hari yang penuh sukacita, hari saat kita mengenang kemenangan Yesus atas maut. Namun di tengah sorak-sorai "Alleluia", kabar duka menyentak hati umat Katolik sedunia: Paus Fransiskus wafat, tepat satu hari setelah Hari Raya Paskah.
Kematian pemimpin Gereja Katolik sejagat di masa Paskah tentu bukan sekadar peristiwa biasa. Dalam iman kita, tidak ada yang kebetulan. Segala sesuatu mengalir dalam rencana kasih Tuhan. Maka, wafatnya Paus Fransiskus di masa umat merayakan kebangkitan Kristus memberi makna spiritual yang dalam.
Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok sederhana, ramah, dan dekat dengan semua orang, khususnya mereka yang tersingkir. Ia adalah Paus yang memilih tinggal di rumah tamu Vatikan daripada Istana Apostolik. Ia lebih sering terlihat menyapa anak-anak, mencium kaki para pengungsi, atau berbicara tentang keadilan, lingkungan, dan belas kasih. Dari cara hidupnya, kita tahu: dia bukan hanya pemimpin, tapi murid Yesus yang setia.
Dan kini, setelah sekian tahun berjalan bersama kita, ia telah "pulang." Tepat setelah Hari Raya Paskah, saat Gereja bersuka cita karena Yesus bangkit, Paus Fransiskus berpulang dalam damai. Bagi orang beriman, ini bukan tragedi. Ini adalah penggenapan. Seorang murid akhirnya dipanggil oleh Sang Guru, bukan di tengah duka, tetapi di tengah terang kebangkitan.
Yesus yang bangkit berkata, "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh 11:25). Dan kita percaya, Paus Fransiskus adalah orang yang percaya. Ia telah menyelesaikan pertandingan dengan baik. Ia sudah memikul salibnya, dan kini ia menerima mahkota kehidupan.
Di tengah rasa kehilangan ini, kita diajak untuk meneladani warisannya. Mari terus hidup dalam semangat yang ia ajarkan: menjadi Gereja yang rendah hati, terbuka, penuh kasih, dan tidak takut keluar untuk melayani dunia.
Selamat jalan, Paus Fransiskus. Terima kasih telah menunjukkan kepada kami bagaimana caranya mengikuti Yesus dengan hati yang tulus. Dari surga, doakan kami yang masih berjalan. Dan biarlah suaramu terus menggema: "Gereja harus menjadi rumah belas kasih."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI