Mohon tunggu...
Vinsensius SFil MM
Vinsensius SFil MM Mohon Tunggu... Dosen

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Memahami Tubuh Manusia dalam Perspektif Filsafat

5 April 2025   17:10 Diperbarui: 18 April 2025   09:44 9646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tubuh manusia(rawpixel.com / Donlaya via kompas.com)

Tubuh adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan manusia. Setiap hari kita mengalaminya: tubuh yang lapar, lelah, sehat, atau sakit. 

Kita hidup di dalam tubuh, bergerak dan merasakan dunia melaluinya. Namun dalam sejarah filsafat, tubuh bukan hanya dipandang sebagai alat fisik, tetapi juga sebagai sesuatu yang menyimpan makna eksistensial dan spiritual. 

Pertanyaannya: apakah tubuh adalah sahabat yang menopang kehidupan, atau penjara yang membatasi kebebasan jiwa?

Dalam filsafat klasik, Plato membedakan secara tegas antara tubuh dan jiwa. Baginya, tubuh adalah penjara bagi jiwa yang murni dan abadi. 

Jiwa dianggap sebagai inti sejati manusia, sementara tubuh hanya alat yang menahan dan menghalangi jiwa untuk mencapai pengetahuan sejati. 

Hidup yang baik, menurut Plato, adalah hidup yang membebaskan jiwa dari ketergantungan pada tubuh dan keinginan-keinginannya.

Sebaliknya, Aristoteles memiliki pandangan yang lebih menyatukan. Ia melihat manusia sebagai makhluk yang terdiri dari tubuh dan jiwa yang tak terpisahkan. 

Jiwa bukanlah sesuatu yang tinggal dalam tubuh seperti sopir dalam kendaraan, melainkan bentuk dari tubuh itu sendiri. Dalam pandangan ini, tubuh bukanlah penjara, melainkan bagian esensial dari kehidupan manusia yang utuh.

 https://gontornews.com/manusia-akal-jiwa-dan-jalan-hidup/
 https://gontornews.com/manusia-akal-jiwa-dan-jalan-hidup/

Pandangan Ren Descartes membawa kembali pemisahan tajam antara tubuh dan pikiran. Dalam dualismenya, ia menyatakan bahwa tubuh bersifat mekanis dan dapat diukur, sementara pikiran atau kesadaran bersifat non-material dan tak terjangkau oleh sains. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun