Aristoteles, seorang Filsuf Yunani Kuno pernah mengatakan:
"...sekarang kita harus mempertimbangkan jenis bakat-bakat alamiah apa yang harus mereka punyai.... Orang-orang di negeri-negeri yang dingin umumnya dan khususnya di Eropa penuh semangat, tetapi kurang ahli dan kurang cerdas; dan inilah sebabnya mereka kurang bebas, tetapi tidak mencapai perkembangan politis dan tidak memperlihatkan kecakapan untuk memerintah orang lain.Â
Orang-orang Asia dikarunia keahlian dan kecerdasan tetapi kurang bersemangat dan inilah sebabnya mengapa mereka terus menjadi bangsa taklukan dan budak.Â
Keturunan Yunani, yang hidup di pertengahan posisi geografis, menggabungkan kualitas-kulaitas kedua rumpun bangsa-bangsa ini. Ia memiliki semangat maupun kecerdasan. Karena itu ia terus bebas, mempunyai perkembangan politis yang tertinggi, dan mampu memerintah setiap bangsa lain..."[Aristoteles, Saut Pasaribu (Penerjemah), Politik, Bentang Budaya, Yogyakarta, 2004]
Kita perlu pahami konteks dari ucapakan Aristoteles di atas adalah pada zaman Yunani Kuno, sebelum dunia ini berkembang dalam bidang industri dan teknologi. Namun, satu hal yang tetap relevan bagi kita saat ini adalah perlunya semangat dan kecerdasan, baik dalam kepemimpinan maupun hidup sebagai masyarakat biasa.Â
Relevansi KehidupanÂ
Saat ini orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak lulusan S1, S2 dan S3, tetapi lowongan pekerjaan sedikit, sehingga menambah angka pengangguran. Banyak instansi yang selektif dalam menerima para karyawannya untuk bekerja. Apa yang harus kita lakukan, terutama bagi para calon pegawai yang baru mau bekerja dan melamar pekerjaan?
Sesuai dengan Filsafat Ekonomi di atas, keahlian menjadi hal yang utama dan pertama. Seseorang mesti mengasah keahliannya sesuai dengan bidangnya, sehingga dengan demikian, dia akan menghasilkan produk yang berkualitas. Bekerja bukan sekedar mendapatkan uang, tetapi juga meningkatkan keahlian dan profesionalitasnya.Â
Dengan dihasilkannya produk yang berkualitas, maka para konsumen akan merasa puas dan tertarik untuk membeli hasil produksi tersebut. Bukan hanya itu, para konsumen juga akan mengalami kesejahteraan, karena kualitas yang baik dari produk tersebut. Misalnya, produk makanan membawa kesehatan bagi konsumennya. Logikanya sederhana saja:Â