Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradigma Metafisik dari Pertanian Organik (Bagian 2)

26 Februari 2023   16:09 Diperbarui: 28 Februari 2023   00:50 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://faperta.umsu.ac.id/2022/11/06/pertanian-organik-pengertian-contoh-dan-faktor/

Perubahan Paradigma


Alam tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan (sains). Mengapa? Sebagaimana kita ketahui, bahwa alam ini sangat umum atau luas. Di dalam alam, ada manusia. Sains muncul, karena ada manusia yang berpikir dan meneliti segala sesuatu. Salah satu hal yang diteliti oleh manusia ialah alam itu sendiri, dengan segala sistem dan mekanisnya. Oleh karena itu, dalam bagian ini, penulis akan menampilkan seorang filsuf sains, yang akan memberikan pemikirannya tentang perkembangan sains.

Thomas Samuel Kuhn lahir pada 18 Juli 1922, di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Pada 1949, ia meraih gelar Ph. D dalam bidang fisika dari Universitas Harvard. Ia tinggal di sana sebagai asisten profesor pendidikan umum dan sejarah ilmu pengetahuan. Pada 1964, ia diangkat oleh M. Taylor Pyne sebagai Guru Besar Filsafat dan Sejarah Ilmu Pengetahuan di Universitas Princeton. Kemudian, pada 1979, ia kembali ke Boston, dan menjadi profesor filsafat dan sejarah ilmu pengetahuan di Massachusetts Institute of Technology. Kemudian, ia diangkat oleh Lawrence S. Rockefeller Guru Besar Filsafat di MIT

Thomas Kuhn menulis lima buku sepanjang karir filsafatnya dan menulis banyak artikel. Karyanya yang paling terkenal ialah The Structur of Scientific Revolutions, yang ditulisnya ketika ia menjadi mahasiswa pascasarjana fisika teoritis di Harvard. Ia tidak puas dengan anggapan bahwa sejarah filsafat selalu berkesinambunagn untuk mendekati kebenaran, Kuhn berargumen bahwa periode yang berbeda dari filsafat justru memiliki sifat ketidaksinambungan. Jadi, masing-masing era filsafat memiliki bahasan yang berbeda-beda.

Dalam memahami teorinya Thomas Kuhn, kita harus terlebih dahulu melihat pandangan seorang filsuf yang ditentangnya. Hal ini penting, karena pemikiran tersebut yang menjadi latar belakang, lahirnya teori baru dari Kuhn. Filsuf yang ditentang tersebut adalah Karl Popper. 

Dengan teori falsifikasinya, Karl Popper ingin mengungkapkan bahwa suatu pernyataan yang bermakna ialah suatu pernyataan yang dapat diverifikasikan secara inderawi, meskipun di sini ia memberikan pengecualian untuk pernyataan matematis dan logika. Jadi, suatu pernyataan dapat disebut ilmu pengetahuan, jika kita berhasil menemukan kesalahan dalam ilmu tersebut. Verifikasi ini tidak berakhir, ketika kita menemukan suatu kesalahan atau jawaban yang sudah pasti, namun verifikasi di sini merupakan verifikasi yang terus-menerus.

Teori falsifikasi inilah yang ditentang oleh Thomas Kuhn. Menurut Kuhn, teori falsifikasinya Karl Popper tidak semudah itu dapat diterapkan. Hal ini dikarenakan dalam komunitas ilmiah ada sesuatu yang tidak selalu terbuka pada proses falsifikasi, yaitu paradigma. Paradigma ini yang "berurat dan berakar" dalam pikiran para peneliti atau ilmuwan. Jadi, kendati mereka telah melakukan falsifikasi terus-menerus, namun tak semudah itu merubah paradigma yang telah tertanam di dalam benak mereka.

Selain itu, Kuhn juga berpendapat bahwa jika teori falsifikasi diterapkan, maka tidak akan banyak ditemukan perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Hal ini dapat kita temukan dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam penelitian tidak selalu ditemukan data yang seluruhnya relevan dengan data yang lain. Apabila ditemukan data yang bertentangan, maka data tersebut akan diverifikasi atau ditolak. Hal ini sangat menghambat suatu perkembangan sains.

Dalam usaha menanggapi teori falsifikasi yang ditentangnya, Thomas Kuhn mengatakan bahwa dalam sejarah ilmu pengetahuan, ada terjadinya revolusi intelektual yang membalikkan perjalanan panjang filsafat konservatif. Revolusinya ini memiliki periode sebagai berikut:

1. Periode Normal.
Dalam periode ini tingkat independensi dan objektivitasnya rendah, dan lebih banyak yang menyetujui asumsi yang sudah ada. Jika terjadi anomali dalam hasil penelitian, maka hasil ini akan dikesampingkan, sebab dianggap tidak relevan. Penelitian orisinil yang mempertanyakan asumsi yang berlaku saat itu akan dianggap sebagai spekulasi liar yang tidak berguna. Kondisi inilah yang disebut oleh Kuhn sebagai paradigma. Dalam kondisi seperti ini, paradigma lama ini cenderung dipertahankan, tanpa dipertanyakan kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun