Mohon tunggu...
Financial Artikel Utama

Generasi Y dan Kesalahan Mereka

24 Agustus 2018   08:29 Diperbarui: 24 Agustus 2018   23:59 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang unik dan sering terjadi di kebanyakan orang-orang Generasi Y ini adalah, meskipun mereka terekspos oleh banyak informasi yang banyak tersebar di dunia internet, mereka belum memiliki kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan. Jangankan ditanya perihal rencana proteksi diri (baca: asuransi) atau pun investasi, kebanyakan teman-teman saya yang masih berstatus mahasiswa dan jauh di bawah saya pun masih banyak yang belum punya tabungan sendiri.

Di sini saya tidak bicara soal tabungan yang dibuatkan orang tua, melainkan tabungan yang dibuat oleh mereka sendiri. 

Karena mereka yang berani ambil action untuk sekedar membuka tabungan pribadi yang kelihatannya urusan remeh temeh dan dianggap gampang oleh mereka yang sampai sekarang tidak melakukannya, menunjukkan bahwa mereka sudah bisa mulai mikir akan tanggung jawabnya baik sebagai pribadi, sebagai calon anggota keluarga inti baru, serta calon anggota masyarakat dewasa di masa depan. Mereka sudah mulai berani membuat tujuan, meskipun bila tujuannya saat ini menabung adalah masih untuk membeli ini-itu.

Lah, jika demikian mereka selama ini browsing internet itu buat cari apa? Padahal mereka bisa dengan mudah mencari informasi yang bermanfaat untuk mereka bisa berkembang dan maju, terutama dalam hal perencanaan keuangan mereka sendiri.

Inilah yang menjadi tugas kita bersama, terutama saya katakan kepada kita-kita yang sudah memiliki taraf pengetahuan 'melek finansial', untuk menjaga teman-teman Generasi Y kita ini untuk tidak salah langkah sejak sedini mungkin. 

Sadarlah bahwa kita akan punya tanggung jawab seiring dengan semakin bertambahnya umur kita, apalagi jika sudah berbicara tentang masa depan berkeluarga yang penuh dengan tantangan hidup bersama.

Jika mereka memang masih bingung dengan cara memulainya harus dari mana dulu, maka mereka bisa mulai dari menggali kebutuhan dan menetapkan tujuan-tujuan hidup, lalu dilanjutkan dengan melakukan tes profil risiko dan referensi berinvestasi. 

Kemudian belajar melakukan pencatatan arus uang yang masuk dan keluar dari dompet, ditambah dengan pencatatan laporan keuangan pribadi yang nantinya bisa dievaluasi tingkat kesehatannya sebelum nanti bisa dikatakan pantas untuk melangkah ke zona investasi.

Sembari 'menyehatkan' kondisi keuangannya dulu sebelum bisa diperbolehkan untuk berinvestasi, mereka bisa diajak untuk mengenali pentingnya proteksi diri baik dalam bentuk asuransi swasta maupun JKN dari BPJS Kesehatan. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing yang bisa saling melengkapi. 

Asuransi swasta pun saat ini memiliki beragam produk yang beberapa diantaranya terbilang terjangkau dan bisa lebih murah daripada BPJS Kesehatan; meskipun manfaat yang bisa didapatkan juga tidak akan sebesar dan seluas produk asuransi biasa. Tapi sesuaikan dulu dengan kebutuhan dan kemampuan dompet mereka, karena belum tentu proteksi diri menjadi prioritas mereka berdasarkan penilaian dan diskusi bersama.

Mulai bingung ya dengan langkah-langkah yang tidak pernah didengar dari guru di sekolah atau orang tua di rumah? Tidak apa-apa, namanya saja belajar. Belajar itu adalah mengubah ketidaktahuan menjadi pengetahuan; tentu saja harus belajar dari orang yang paham teori dan sudah berpraktik dengan benar juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun