Ayo kita ganyang komunisme sampai ke akar-akarnya!
Begitu bukan yang sering digaungkan oleh aktivis-aktivis negeri ini?! Tapi di saat yang berlainan, mereka juga menyukai ide soal subsidi.Â
Bahkan sampai mendemo pemerintah ketika subsidi BBM dikurangi atau dicabut. Padahal subsidi, kontrol pemerintah, dan juga ide bantuan sosial demi pemerataan ekonomi masyarakat adalah implementasi dari ide-ide komunisme.Â
"Ah tapi itu kan ide-ide yang ada juga di sila ketiga kita!"Â
Benar memang itu adalah penerapan sila ketiga dalam Pancasila. Namun, sadarkah anda kalau sebenarnya sila-sila yang ada di dalam Pancasila adalah sebuah implementasi dari ide Nasionalisme, Komunisme, dan Keagamaan seperti yang pernah dipakaioleh Soekarno di akhir masa kepemimpinannya?Â
Ide-ide soal perlawanan terhadap kemiskinan, anti-penjajahan, dan pemerataan sosial hampir semuanya dicetuskan oleh pemimpin-pemimpin golongan kiri di Indonesia. Termasuk di dalamnya ada subsidi terhadap banyak hal.Â
Subsidi Makin Besar = Celah Korupsi Makin Besar
Hal ini juga tidak disadari oleh beberapa orang, bahwa dengan banyaknya subsidi maka ada 2 resiko yang setidaknya sudah ada di depan mata. Yang pertama adalah potensi naiknya nilai utang negara, dan yang kedua adalah naiknya resiko untuk melakukan korupsi lewat dana subsidi yang telah dianggarkan.Â
Hal ini mungkin akan berbeda jika negara kita memiliki moralitas seperti orang-orang di Skandinavia atau Jepang. Namun, mental korup warga dan juga pejabat kita sudah tidak main-main. Masa gak ingat dengan kasus minyak goreng kemarin yang akhirnya jadi permainan mafia?!
Juga, dengan dinaikannya subsidi, maka yang akan terjadi adalah ketidakseimbangan kurva permintaan dan penawaran. Ketika subsidi dinaikkan, asumsinya, tidak ada kenaikan harga BBM. Namun, kondisi dunia yang sedang mengalami inflasi skala global, serta naiknya harga komoditas lain, akan memaksa BBM naik secara perlahan.Â
Pada titik ini, para pemilik BBM, entah itu mafia kelas kakap atau kelas teri, pasti akan menahan supply mereka. Ketidakseimbangan kurva permintaan-penawaran pun akan terjadi.Â
Lagipula, kalau bisa beli kendaraan sendiri, harusnya malu dong kalau pakai BBM bersubsidi. Kan BBM tersebut diberi kepada rakyat kecil, kalau punya kendaraan setahu saya sih sudah bisa memenuhi kebutuhan sekunder itu artinya.Â