Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro President University

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Bayangan

26 Juli 2022   00:45 Diperbarui: 26 Juli 2022   00:46 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu gak bosan mengikuti aku? Setiap apapun yang kulakukan, kau pasti ada."

"Never! Aku gak akan pernah bosan mengikuti kamu. Kemanapun kamu beranjak, kemanapun kamu berpindah"

Selalu ada di belakangku, dan tak pernah berusaha mendahuluiku. Apa maunya orang seperti ini sih?! Apakah mereka tidak punya sedikitpun tujuan dalam hidupnya? Sampai-sampai harus selalu mengekor pada orang lain.

"Mungkin kamu bingung ya kenapa aku selalu mengikutimu selama ini?" Tanyanya padaku.

"Aku selalu mengikutimu karena aku ingin. Kamu adalah tujuanku. Melampauimu adalah sebuah keniscayaan yang tak mungkin aku wujudkan. Segila apapun aku mengejar, tidak mungkin aku akan melampaui dirimu. Apalagi selagi dirimu belum memberikan izin untuk aku melakukan hal itu. Kamu itu spesial bagiku." Jelasnya.

"Spesial? Spesial apanya?!" Ucapku sembari sedikit menarik urat leherku. 

"Yang kamu lakukan hanyalah membuktikan bahwa kamu tidak punya tujuan yang jelas. Kau mengekorku karena kau tidak bisa menjadi sepertiku. Kau hanyalah seseorang yang jago meng-kopi perbuatan seseorang. Apakah kau benar-benar tahu apa yang aku lakukan sampai ke titik sekarang ini? Tidak bukan?!" Marahku.

Wajahnya yang penuh dengan ketenangan hanyalah tersenyum kecut. Lambaian tangan yang berada di samping kepalanya mengindikasikan bahwa ia tidak setuju dengan perkataanku. Dia hanya mendekat kepadaku, sembari menempelkan mulutnya ke sebelah telinga kananku.

"Pengecut!" Ucapnya pelan. 

Keringat dingin pun meliputi seluruh tubuhku. Ruang yang tadinya terang seketika berubah menjadi gelap. Segala pencapaian yang kucapai seketika runtuh menimpaku di dalam kesunyian ruangan itu. 

Ku telah sekali lagi membiarkannya menguasai alam pikiran dan alam jasmaniku. Seketika aku terjatuh di dalam keheningan. Ia memang telah pergi, namun sekali lagi, aku lemah. Dia tidaklah pergi, namun menguasai diriku, mengontrol setiap tindakanku dan mengungkungku dalam kegelapannya.

Takut.... Khawatir...!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun