Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro President University

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia pada Dasarnya Butuh Musuh

25 Juni 2021   15:11 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:24 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan orang lain. Menurut banyak ahli, hal ini disebut sebagai Homo socialis. Pemikiran bahwa manusia semata-mata butuh orang lain bukanlah suatu pemikiran yang hanya berlaku pada hal-hal positif. Seringkali kebutuhan kita ini juga berlaku untuk hal-hal negatif.

Berdasarkan kepada premis di atas, manusia adalah makhluk yang membutuhkan musuh untuk bisa bertahan hidup. Hal ini memang terdengar aneh dan mungkin sangat negatif. Tetapi, ada sebuah penalaran logis yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena ini. Terutama dari sisi biologis dan historis. 

Manusia, dalam buku Sapiens karya Yuval Noah Harari dijelaskan sebagai makhluk yang lemah pada awalnya. Manusia nyaris tidak memiliki kekuatan apapun untuk menjadi makhluk yang superior. Di alam terbuka, kemampuan bertarung satu lawan satu antara manusia dengan kerabatnya seperti Gorilla berada sangat jauh di bawah. Manusia adalah makhluk yang begitu lemah. 

Namun kenapa manusia bisa menjadi sangat pintar seperti sekarang ini?

Semua itu bisa dijelaskan dengan suatu hal yang sering kita sebut sebagai "power of kepepet". Manusia bisa menghasilkan semua itu karena manusia mendapatkan energi lebih untuk berpikir dan menghasilkan inovasi di dalam waktu yang pendek. 

Semua ini terjadi karena respon biologis manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Dan dengan cara demikian manusia menjadi makhluk yang bisa menghasilkan banyak hal untuk menyokong kehidupannya. Manusia pada akhirnya berhasil menanjak menjadi makhluk superior dengan menjawab tantangan alam sekitarnya yang memaksa dan membahayakan dirinya. 

Namun apakah hanya dengan keadaan alam saja sudah cukup? Ternyata tidak. 

Manusia, menjadi sangat superior seperti sekarang ini salah satunya juga karena manusia mengenal suatu sistem rivalitas. Suatu sistem dalam dunia hewan yang biasanya dimiliki jikalau dalam suatu koloni terdapat "Alpha Male" sebagai pemimpin utama mereka. Manusia pada dasarnya hanyalah salah satu varian kera cerdas, oleh sebab itu manusia pun memiliki sifat rivalitas antara satu sama lain yang natural. 

Entah kita sadari atau tidak, sebenarnya semua kemajuan manusia berjalan beriringan dengan kemajuan tingkat rivalitas dan persaingan di masyarakat. Dengan kata lain, semakin banyak "musuh" yang dimiliki manusia, maka dia akan menjadi semakin maju entah sebagai spesies, komunitas, ataupun sebagai individu. 

Hal ini dibuktikan dengan perubahan jaman yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Manusia fase awal, menciptakan kapak genggam, dan mungkin dengan segala jenis peperangan kebudayaan kapak genggam hilang dan berganti menjadi kapak lonjong, lalu setelah selesai jaman batu dilanjutkan dengan jaman perunggu. 

Besar kemungkinan, perubahan ini terjadi bukan karena ditemukannya zat-zat alam seperti perunggu atau besi. Namun, perubahan ini terjadi karena manusia antara satu kelompok dengan kelompok lain bermusuhan dan mereka harus menciptakan suatu teknologi yang jauh lebih maju dari peradaban lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun