Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro President University

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa, Esensi, dan Praktik

12 April 2021   10:58 Diperbarui: 12 April 2021   11:29 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sebelum masuk ke dalam artikel ini, Saya selaku penulis hendak mengucapkan selamat menunaikan ibadah Puasa. Semoga Puasa yang dilakukan bukan hanya sekedar tradisi dan pemenuhan arogansi dalam iman, melainkan benar-benar penyucian dan pembersihan iman sehingga anda benar-benar bisa merenungi dan meresapi makna dari puasa itu sendiri. 

Mungkin seringkali terlintas di benak saudara, untuk apa sih kita berpuasa? Sebenarnya apa esensi berpuasa? Saya yang sudah hidup enak kok malah disuruh menahan lapar dan hal-hal lainnya.

Sebenarnya, esensi dari berpuasa adalah menyucikan diri. Oleh sebab itu, dalam praktik berpuasa memiliki banyak sekali variasi dalam berbagai kebudayaan. Sebagai contoh, orang Katolik mendefinisikan puasa hanya sebagai makan kenyang sekali sehari. Mereka melakukan hal itu sebagai persiapan untuk menyambut Tubuh Kristus yang diberikan dan dicurahkan sebagai penebusan dosa. Maka esensi dari makan kenyang sekali tersebut sebenarnya adalah mengosongkan dan menyucikan diri dari segala yang mengganggu agar ketika mereka menerima Tubuh Kristus, tubuh dan jiwa mereka benar-benar siap.

Sebaliknya, jikalau penyucian diri dalam Katolik adalah persiapan, dalam agama Buddha, puasa adalah bentuk pelatihan. Dalam agama Buddha, tujuan tertinggi mereka adalah untuk terlepas dari segala nafsu indrawi dan mencapai kebahagiaan yang sempurna yaitu Nibbana. Maka dengan segala jenis latihan yang dilakukan, para Bhikkhu maupun para pertapa dan Atthasilani menjalankan sila-sila tertentu sebagai bentuk pelatihan demi mengikis keinginan batiniah dan jasmaniah. Salah satu jenis latihan yang paling dasar adalah dengan berpuasa. 

Berpuasa dalam Buddhisme, memiliki esensi tersendiri. Bahwa dengan hanya makan di pagi hari, di saat mereka membutuhkan tenaga lebih untuk bekerja, mereka akan dapat lebih fokus untuk mendengarkan Dhamma setelah segenap pekerjaan selesai. Dalam praktik bermeditasi pun, mereka tidak akan terganggu dengan kondisi perut yang penuh, yang akan membuat mual jikalau duduk dengan posisi bersila dalam waktu yang lama. Serta hal ini ditujukkan untuk membersihkan diri, sehingga nafsu-nafsu yang ada dan muncul selama praktik berlatih dapat lebih mudah dikendalikan dan dihilangkan. 

Serta, bagi umat muslim, puasa adalah praktik untuk menahan diri dari segala godaan. Hal ini sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam. Ketika anda menahan godaan yang menggoda anda, sebenarnya anda sedang berusaha untuk merenungkan ajaran-ajaran Islam sendiri. Ajaran Islam secara esensial bertujuan untuk melakukan pemerataan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan berpuasa, anda sebenarnya sedang mengambil satu langkah untuk merasakan bagaimana rasanya jikalau kesejahteraan yang anda punya, tidak dibagikan kepada yang lain. 

Selama berpuasa, sepertinya beberapa pernyataan dan pertanyaan di bawah ini dapat menjadi bahan untuk perenungan anda. Memang tidaklah sempurna, tetapi sepertinya hal ini bisa membantu anda untuk menyucikan diri di bulan yang penuh pahala ini.

Apakah benar saya sudah menjalankan iman saya? 

Dan jikalau memang sudah menjalankan, apakah yang saya lakukan sudah benar-benar mensejahterakan kehidupan masyarakat sekitar saya?

Maka, jikalau anda sekalian sudah mengetahui bahwasannya di setiap agama, esensi dari berpuasa adalah penyucian dan mengikis keangkuhan anda dan arogansi keimanan anda, patutkah jikalau kita menggrebek warung-warung ketika siang hari? 

Bukankah mereka sebenarnya sedang mencari kesejahteraan mereka sendiri? 

Dan jikalau anda tidak setuju, apakah kita tidak bisa merasakan betapa sakitnya penderitaan mereka yang harus memikirkan bagaimana makan pada hari itu karena warungnya ditutup paksa dan dirusak? 

Bukankah esensi berpuasa itu sendiri adalah merasakan rasa sepenanggungan terhadap saudara-saudara kita yang belum sejahtera?

Dan memang seharusnya inilah yang anda selalu renungkan. Sehingga ketika anda berpuasa, yang terjadi bukanlah anda melarang orang lain makan di sekitar anda, melainkan anda membiarkan mereka makan, dan anda harus secara benar-benar berpikir dan merasakan bagaimana rasa sakitnya saudara-saudara anda yang belum sejahtera. Dengan merenungkan dan melakukan ini, saya secara pribadi meyakini anda akan mengalami penyucian imani yang jauh lebih terasa dan nafsu egoisme keimanan anda benar-benar akan teredam.

Jikalau anda tidak bisa merasakan hal tersebut, seharusnya anda dan saya kembali merenungkan kembali praktik puasa kita. Apakah benar kalau kita berpuasa demi mengikis keangkuhan dan keinginan diri kita atau sebenarnya kita sedang menyuburkan keangkuhan dan keinginan ego kita?

Karawang, 12 April 2021
Di Dalam Kamar Berpikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun