Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro President University

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Bukanlah Inti dari Sekolah

2 Maret 2021   08:19 Diperbarui: 2 Maret 2021   08:27 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar memang bukanlah inti dari bersekolah. 

Bahkan, definisi awalnya, tidak ada namanya definisi yang menunjukkan pembelajaran di dalam kata sekolah. Kata sekolah menurut etimologinya berasal dari kata Schole (Yunani) atau Scola (latin) yang artinya dalam bahasa Inggris adalah "Leisure". Kata Leisure sendiri memiliki makna yang jikalau kita artikan ke dalam bahasa Indonesia sebagai bersantai atau waktu luang. Artinya pada zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno, menuntut ilmu di sekolah tidaklah seperti apa yang kita lakukan sekarang. Kala itu, menuntut ilmu dijalankan dengan santai dan dengan diskusi-diskusi serta debat filosofi. Oleh sebab itu, terdapat banyak sekali pemimpin-pemimpin aliran filosofi dan filsuf-filsuf terkenal di zaman Romawi dan Yunani Kuno. Salah satu yang paling tersohor mungkin Aristoteles dan Plato. 

Lalu apa yang menjadi inti dari sekolah jikalau memang pembelajaran bukanlah intinya?

Inti dari sekolah adalah mencari kebenaran dari segenap rahasia alam yang ada. Orang di zaman Plato ataupun Aristoteles mencari kebenaran tersebut dari pengamatan-pengamatan akan sesuatu yang ada di sekitar mereka. Perdebatan demi perdebatan dilakukan untuk mencari kebenaran dan melakukan verifikasi atas apa yang mereka lakukan terhadap kejadian-kejadian alam yang misterius di sekitar mereka.

Adapun beratus-ratus tahun setelahnya, Newton dengan segala penemuannya melakukan perjalanan yang sama seperti Plato dan filsuf-filsuf sejamannya. Maestro fisika terkemuka ini menjalankan esensi "Scola" yang asli. Beliau mencari kebenaran dalam masa luangnya di sekitar umur 20-an. Bahkan, salah satu legenda terkemuka di dunia fisika menjelaskan bahwa Newton mendapatkan pengetahuan mengenai gravitasi di saat duduk-duduk di bawah pohon apel. (Bayangkan jikalau saat itu Newton duduk di bawah pohon durian. Pastinya dunia akan menjadi sangat berbeda) 

Orang macam apa yang duduk di bawah pohon apel? Pastinya adalah orang yang sedang bersantai. Orang yang sedang menikmati waktu luangnya. Bisa dibayangkan jikalau Newton kala itu tidak bersantai di bawah pohon apel, mungkin teori gravitasi akan ditemukan jauh lebih lama daripada yang seharusnya.

Itu kan zaman dahulu, sekarang mana bisa!

Jangan salah! Di zaman sekarang pun, Finlandia yang memiliki metode pengajaran terbaik di dunia sebenarnya menerapkan prinsip dari Scola. Finlandia, yang terinspirasi dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, menggunakan prinsip Scola untuk mencapai sistem pendidikan yang terbaik di dunia. 

Finlandia menggunakan sekolah dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya sebagai media pembelajaran. Murid bukanlah dibebankan, melainkan diajak untuk memakai waktu luangnya untuk belajar dan mengamati dunia yang ada di sekitarnya. Cara ini mungkin lambat dan bisa mengembangkan keteledoran di satu sisi, tetapi di sisi lain kita bisa melihat, bahwa Finlandia saat ini memiliki cara pengajaran yang terbaik.

Di sisi dunia yang lain, Jepang pun menjalankan pendidikan budi pekerti dengan cara menjalankan waktu luang murid-muridnya, terutama untuk anak di level TK dan SD. Mereka diajak untuk turun gunung menjalankan apa yang diajarkan di ruang kelas. Mereka tidak hanya diam saja dan mengamati sang guru berbicara, tetapi mereka diajak untuk melihat pula apa yang sebenarnya harus dilakukan dengan tindakan.

Lalu apakah bisa jikalau kita di Indonesia menerapkan prinsip Scola ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun