Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro President University

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Selanjutnya

Tutup

Love

Valentine Memang Bukan Budaya Kita

14 Februari 2021   17:00 Diperbarui: 14 Februari 2021   17:39 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

14 Februari selalu menjadi suatu perayaan yang ditunggu-tunggu bagi muda-mudi kita. Ada yang menunggu karena hari itu adalah hari yang akan dia pakai sebagai ajang untuk "nembak" wanita pujaan hatinya, ada yang menunggu karena akan melakukan makan siang berdua dengan sang kekasih, ataupun ada yang menunggu untuk melakukan "kongkow malam" bersama sang kekasih di hotel. Intinya 14 Februari itu spesial bagi mereka yang memiliki pasangan. 

Namun, 14 Februari juga selalu menjadi spesial karena perdebatan di kalangan orang Indonesia sendiri. Ada yang mengatakan 14 Februari adalah haram karena merupakan perayaan suatu agama tertentu. 

Adapula yang berkata bahwa 14 Februari adalah hari yang selalu dipakai untuk melakukan maksiat oleh muda-mudi ataupun muda-muda dan mudi-mudi. Adapula yang berkata bahwa tanggal 14 Februari adalah perayaan barat, maka tidak sesuai dengan budaya kita. Dari semua yang diperdebatkan, saya hanya setuju kepada perdebatan yang terakhir tentang Valentine adalah budaya kita atau bukan.

Jujur saja, dalam kehidupan masyarakat Indonesia asli, memang tidak pernah dirayakan hari valentine. Jangankan untuk merayakan, untuk menyebutkan kata "Valentine" secara bahasa inggris yang benar saja seringkali berubah menjadi "palentin". Lagipula, memang nama Valentine ini sangat kebarat-baratan, tidak mungkin rakyat Indonesia ini merayakan hari Valentine. Maka memang benar kalau hari Valentine ini bukan budaya kita.

Jika ditilik dari sejarah pula, kita bisa menemukan bahwa hari Valentine adalah hari untuk mengenang seorang pendeta Katolik yang bernama Valentine. Dia menjadi martir karena tetap menikahkan dua orang sejoli Romawi di sekitar tahun 278 M. Atas jasanya tersebut maka Pendeta Valentine dinobatkan sebagai seorang orang suci, sehingga ia pun bergelar Santo Valentine. 

Jelas sekali, kalau perayaan ini terikat dengan kultur Katolik yang berasal dari dataran eropa. Tidak mungkin kalau kultur ini berasal dari dataran Indonesia dan dirayakan oleh bangsa Indonesia pada zaman dahulu. Maka perayaan Valentine memang jelas bukan budaya kita, karena dari sejarahnya pun, Valentine merupakan budaya eropa yang datang ke Indonesia.

Apalagi tentang bertukar coklat, mana ada orang Indonesia yang jaman dahulu makan coklat seperti yang sekarang ada? Orang jaman dulu, jikalau bertukar makanan yang manis-manis, paling-paling hanya jenang atau dodol. Jikalau agak banyak rejeki, mungkin kita akan mendapatkan sayur atau makanan berat sebagai hal yang dipertukarkan dengan sesama. Maka sudah jelas, valentine ini bukan budaya kita. Sekali lagi, ini bukan budaya kita. 

Lantas apa budaya kita ? 

Budaya kita sudah sangat jelas, yaitu saling mengasihi dan ramah pada sesama. Itu adalah budaya kita yang sungguh-sungguh jelas dituturkan dari jaman dahulu. Orang Indonesia terkenal dengan keramahannya di mata dunia. Bahkan, janganlah menunggu di satu hari yaitu tanggal 14 Februari, di hari apapun juga, jika kita sowan dan bertemu dengan seseorang yang kita kenal, hampir 80% pasti kita akan mendapatkan buah tangan. 

Sekalipun bukan buah tangan, kita juga bisa saja mendapatkan sesuatu di rumah tersebut. Entah itu dodol, jenang, manisan, permen, atau bahkan bisa makan makanan berat dari rumah tersebut. See ? Budaya Indonesia yang sebenarnya bahkan jauh lebih oke dari Valentine bukan?

Juga jangankan cuma sekali dalam setahun. Dalam budaya kita, kita bisa mengasihi orang lain bahkan lebih dari sekali. Sebagai contoh, dalam berlebaran, kita akan mengasihi orang-orang di sekitar kita dengan memaafkan semua kesalahan mereka yang telah mereka perbuat dalam satu tahun. Dalam hari Ibu, kita juga mengasihi jasa-jasa dan semua kebaikan ibu kita di hari itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun