Mohon tunggu...
Liong Vincent Christian
Liong Vincent Christian Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://www.facebook.com/Bulirberas-by-Liong-Vincent-Christian-304840243568837

Lahir 20 Mei 1985 Suka menulis tulisan bertema sosial politik dan psikologi. Juga membuat kalimat Bergambar yang diberi label Bulirberas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seluruh Dunia Berhutang Nyawa kepada Korban Umat Muslim

30 November 2020   14:16 Diperbarui: 30 November 2020   14:26 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seluruh Dunia Berhutang Nyawa kepada Korban Umat Muslim

Ada suatu logika yang tidak berimbang. Jika seorang oknum mengaku mewakili muslim melakukan kejahatan atau hal yang mengganggu kepentingan orang lain maka muslim lain tidak mau turut bertanggungjawab menanggung kesalahan oknum tersebut, dengan mengatakan itu khan oknum yang mengaku muslim. Padahal sebaliknya jika seorang oknum muslim membuat kejahatan terhadap non muslim, sehingga oknum muslim tersebut merespon dengan marah atau membuat perkataan yang menyinggung muslim, yang dimaksutnya adalah oknum muslim yang melakukan kejahatan atau mengganggu kepentingan si non muslim, maka si non muslim tersebut telah bersalah kepada muslim seluruh dunia. Jika mau berimbang maka suatu kejahatan kepada seorang muslim yang adalah kesalahan terhadap muslim seluruh dunia, berarti kejahatan seorang muslim kepada siapa saja adalah kesalahan muslim seluruh dunia.

Sehingga menjadi tanggungjawab seluruh umat muslim untuk membereskan permasalahan jika ada seorang oknum non muslim maupun muslim melakukan suatu kejahatan kepada seorang muslim.

Jika dihitung dengan cara demikian maka hutang kejahatan yang dilakukan manusia di seluruh dunia kepada oknum muslim yang pelakunya bisa non muslim sangatlah banyak, sehingga merasa perlu menagih piutang kejahatan kepada non muslim dan juga kepada muslim, dan juga kepada muslim yang ikut terlibat dalam melakukan kejahatan kepada oknum muslim yang menjadi korban.

Logika yang tidak berimbang inilah yang membuat dengan mudah bahkan pemimpin suatu negara muslim misalnya Bashar al-Assad yang keluarganya (ayahnya bernama Hafizh al-Assad) sudah memimpin Suriah dengan damai sejak 1971 bisa digulingkan. Keluarga Al-Assad ini keluarga muslim juga. Negaranya dibuat hancur dengan mudah dan cepat melalui perang saudara sesama muslim dengan biaya hampir gratis, cukup dengan membangun isu bahwa "Al Assad melakukan kejahatan kepada kelompok Sunni di negaranya" maka banyak umat muslim datang dari seluruh dunia untuk membantu pihak korban Al Assad yang konon katanya kelompok Sunni tersebut yang sampai akhir perang juga tidak ditemuinya.

Jadi ketika ada oknum yang bahkan non muslim berkepentingan bisa saja membuat isu tanpa perlu ada bukti "bahwa seorang muslim berbuat kejahatan kepada seorang muslim lainnya", maka muslim seluruh dunia akan turun tangan membalaskan dendam kepada seorang oknum muslim yang dianggap bersalah tanpa memilikirkan bukti dan sebenarnya. Intinya ada seorang oknum muslim dijahati oleh orang lain, maka otomatis orang yang diisukan melakukan kejahatan baik non muslim maupun muslim agamanya wajib dibalas.

Kalau tidak mau diperalat maka seseorang harus dilihat sebagai seseorang, urusan seorang dengan orang lain harus dilihat sebagai urusan seorang dengan orang lain itu saja bukan urusan seorang menjadi kewajiban seluruh dunia untuk membalas, menghakimi berdasarkan opini sepihak.

Demi terpenuhi rasa keadilan, jika piutang harus ditagih maka wajar jika seluruh manusia non muslim dan muslim yang pernah menjahati muslim harus terbunuh baru akan lunas, karena memang semua manusia berdosa.

Atau langkah paling mudah adalah memaafkan semuanya, kembalikanlah hak untuk membalas kepada Yang Kuasa. Masalahnya memaafkan itu tidak ada dalam hukum ekonomi.

Dalam hukum Ekonomi Kesalahan/Dosa, juga hukum ekonomi antara Dosa dan Pahala. Manusia memang maunya untung terus. Jadi kalau piutang orang lain ditagih kalau bisa dengan nilai bunga setinggi-tingginya, hutang sendiri pura pura lupa. Harus fair agar tidak merugikan perdagangan Dosa dan Pahala. Jika tidak akan terjadi depresiasi dalam nilai tukar Dosa dan Pahala.

Tulisan ini adalah versi pendek dari tulisan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun