Mohon tunggu...
Vincensia Prima P.
Vincensia Prima P. Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah media katarsis terbaik

Seorang manusia yang terlahir dari rahim ibu yang mulia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Against Food Waste For A Better Future

5 Juni 2016   20:34 Diperbarui: 5 Juni 2016   20:59 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap insan di muka bumi ini. Namun seringkali kita tidak menyadari atau bahkan lupa akan pola konsumsi kita yang semakin hari semakin tak karuan. Kita lupa terhadap berapa banyak makanan yang kita buang setiap harinya. Kita pun tak peduli terhadap berapa banyak makanan yang tersisa di piring, ketika kita menyantapnya. Kita hanya sadar tentang bagaimana kebutuhan perut bisa terpenuhi, bagaimana kita bisa puas terhadap segala hal yang masuk ke mulut tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi ketika makanan yang kita santap disisakan atau dibuang begitu saja.

Natural Resources Defense Council di tahun 2014 mencatat bahwa orang Amerika membuang sekitar 40% makanannya setiap tahun. Hal ini berarti setiap tahunnya, limbah makanan yang dibuang oleh warga Amerika bernilai sekitar US$165 miliar atau sekitar 16 triliun rupiah (food.detik.com, 2014). Untuk tingkat dunia, di tahun 2013 FAO mencatat timbunan sampah makanan mencapai 1,3 miliar ton. Padahal, untuk memproduksi makanan dengan jumlah tersebut, membutuhkan 550 miliar meter kubik air, 300 juta gallon minyak bumi dan penebangan hutan seluas 9,7 juta hektar sebagai tempat budidaya pangan (republika.co.id, 2013). Data-data tersebut menunjukkan bahwa kondisi gaya hidup kita dengan pola konsumsi yang tak terkendali ternyata berdampak serius terhadap kondisi bumi.

Mungkin banyak yang menganggap sampah makanan sebagai suatu hal yang lumrah. Padahal, jika ditilik lebih dalam lagi, terdapat permasalahan besar dari setiap butir nasi, dan berbagai lauk-pauk yang kita buang setiap harinya. Bayangkan saja, ketika 250 juta jiwa masyarakat Indonesia setiap hari menyisakan sebutir nasi di piringnya, maka akan ada 250 juta butir nasi, yang bila ditotal dapat menghasilkan 5 ton limbah nasi. Padahal, jumlah makanan yang terbuang tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk miskin dunia yang menderita kelaparan. Namun terkadang kita sebagai makhluk yang merasa selalu tercukupi, tidak pernah memikirkan tentang bagaimana pemerintah, para ahli pertanian dan petani memfokuskan diri untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dunia. Bahkan tak pernah terpikirkan di benak kita, setiap makanan yang kita sisakan ternyata dapat memberi makan banyak manusia di luar sana yang saat ini menderita kelaparan.

Tak hanya tentang realitas sosial yang terjadi pada masyarakat, limbah makanan di tempat pembuangan yang terurai secara anaerobik ternyata akan memunculkan gas metan, gas rumah kaca atau CO2 yang jumlahnya 20 kali lipat lebih berbahaya bagi atmosfer. Hal ini berarti setiap makanan yang kita buang ternyata memberi sumbangsih yang besar terhadap perubahan iklim dan berbagai kerusakan di bumi ini.

Dikala banyak orang berorasi tentang efek rumah kaca, instansi-instansi membentuk pertahanan untuk mendandani lingkungan, tanpa kita sadari kerusakan-kerusakan lingkungan ternyata disebabkan oleh pola-pola kecil yang sering kita lakukan dalam hidup kita. Terlihat simpel memang, namun bila ditelisik lebih dalam lagi, ternyata banyak hal yang akan ditimbulkan dari pola-pola ‘simpel’ tersebut. Mulai dari sekarang, tanamkanlah kebiasaan pro-lingkungan dari hal-hal kecil seperti tidak menyisakan sedikit pun makanan di piring. Mendandani lingkungan tentu tidak hanya dilakukan dari kegiatan-kegiatan besar. Dengan mengubah gaya hidup saja, kita sudah bisa menjadi sahabat terbaik bagi lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun